Suara.com - Perusahaan media ternamaThe Guardian menjadi target bernilai tinggi bagi peretas dan tampaknya menjadi korban serangan.
Sebuah "insiden TI yang serius" melanda publikasi pada Selasa (20/12/2022) malam waktu setempat.
“Kami percaya ini adalah serangan ransomware tetapi terus mempertimbangkan semua kemungkinan,” ujar pemimpin redaksi Katharine Viner dan kepala eksekutif Grup Media Guardian Anna Bateson.
“Tim teknologi kami telah bekerja untuk menangani semua aspek insiden ini, dengan sebagian besar staf kami dapat bekerja dari rumah seperti yang kami lakukan selama pandemi," jelasnya dilansir laman Engadget, Kamis (22/12/2022).
Baca Juga: Waspada 400.000 File Berbahaya Setiap Hari Siap Menjadi Ancaman Kejahatan Siber
Beberapa infrastruktur teknologi The Guardian dan "layanan di belakang layar" telah terpengaruh, menurut publikasi tersebut. Karyawan diminta untuk bekerja dari rumah selama sisa minggu ini.
The Guardian masih dapat menerbitkan cerita di situs web dan aplikasinya, dan para pemimpin yakin dapat mengirimkan edisi cetaknya pada hari ini.
Perusahaan media lain telah mengalami pelanggaran keamanan dalam beberapa bulan terakhir.
Fast Company terpaksa offline selama delapan hari di tengah serangan dunia maya yang melihat peretas mengirimkan pemberitahuan push cabul melalui Apple News.
The New York Post, sementara itu, mengklaim pada Oktober lalu bahwa seorang karyawan nakal mengambil alih situs web dan akun Twitternya dan menjadi biang keladi di balik postingan rasis dan seksis.
Baca Juga: Serangan Ransomware Meningkat Sebesar 80 Persen Sepanjang 2022