Suara.com - Publik sedikit heboh pekan ini dengan adanya kabar hoaks tentang solstis yang disebut-sebut berbahaya bagi manusia. Padahal, seperti sudah dibantah oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), ini adalah fenomena rutin yang efeknya kecil pada manusia.
Lalu apa itu solstis sebenarnya?
Seperti dilansir dari BRIN, solstis terjadi ketika Matahari mencapai titik balik utara maupun selatan. Fenomena solstis terjadi saat Matahari, akibat pergerakan Bumi, mencapai titik paling utara atau selatan langit.
Akibatnya siang hari akan terasa lebih panjang atau lebih pendek, tergantung posisi dari manusia yang mengalaminya.
Baca Juga: 21 Desember Hari Apa? Tak Boleh Keluar Rumah Karena Fenomena Solstis?
Fenomena solstis terjadi dua kali setahun, Juni dan Desember. Pada solstis Juni, Matahari terlihat mencapai titik paling utara dan mereka yang berada di belahan utara Khatulistiwa akan mengalami siang lebih lama dari biasanya. Sebaliknya di selatan, malam akan terasa lebih panjang.
Sementara saat terjadi solstis Desember, seperti saat ini, mereka di Bumi bagian selatan akan merasakan siang hari lebih lama ketimbang malam hari. Sementara di utara, malam akan berlangsung lebih lama.
Pada tahun ini, solstis pertama sudah terjadi pada 21 Juni lalu. Sementara soltis Desember akan jatuh pada 22 Desember pekan ini.
Penyebab solstis
Fenomena soltis sendiri disebabkan oleh posisi Bumi yang miring 23,44 derajat atau tidak tegak lurus terhadap sumbunya saat berotasi dan sekligus mengitari Matahari.
Baca Juga: Viral Tak Boleh Keluar Rumah Akibat Solstis 21 Desember, Ini Kata BRIN
Di Juni, belahan Bumi bagian utara akan lebih condong ke Matahari. Sementara di Desember, Bumi bagian selatan yang lebi condong ke Matatahari.
Lalu bagaimana efek solstis terhadap Bumi dan manusia?
Selain berpengaruh pada lamanya siang dan malam, solstis juga menyebabkan perubahan musim. Saat ini belahan Bumi utara sedang mengalami musim dingin karena posisinya yang lebih jauh dari Matahari sementara mereka di selatan mengalami musim panas.
Pada Juni kondisi ini akan berubah, ketika mereka di utara menikmati musim panas dan musim dingin menyapu belahan selatan Khatulistiwa.
Sementara bagi manusia, solstis akan menyebabkan berubahnya intensitas radiasi matahari. Tetapi radiasi ini sama sekali tidak ekstrem dan berbahaya seperti yang dinarasikan dalam kabar-kabar hoaks.
Demikian penjelasan singkat tentang apa itu solstis yang akan terjadi pada 22 Desember mendatang. Semoga bermanfaat!