8 Situs Media Sosial Hobi Curi Data Pengguna dan Cara Periksanya

Dythia Novianty Suara.Com
Minggu, 18 Desember 2022 | 18:30 WIB
8 Situs Media Sosial Hobi Curi Data Pengguna dan Cara Periksanya
Ilustrasi Media Sosial (pexels.com/Castorly Stock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pelanggaran data telah menjadi bahaya di media sosial, tetapi beberapa situs lebih buruk dalam menangani data pengguna daripada yang lain.

Penelitian dari Proxyrack juga mengungkapkan tingkat volume pelanggaran dan bobot orang yang terkena dampaknya sejak munculnya media sosial.

Berikut deretan situs media sosial yang hobi curi data pengguna dirangkum untuk kamu dan cara periksanya.

1. Facebook

Baca Juga: Google Doodle Tampilkan Animasi Spesial Final Piala Dunia 2022 Qatar

Facebook telah terjebak dalam total delapan pelanggaran data sejak diluncurkan pada 2004, termasuk skandal Cambridge Analytica, melibatkan perusahaan yang menjual data dari sekitar 87 juta pengguna.

Selain itu, ada pelanggaran pada 2013, dua lagi pada 2018 dan 2019, yang secara keseluruhan mengungkap data pribadi lebih dari 2 miliar pengguna.

Ilustrasi Facebook - cara hack akun Facebook
Ilustrasi Facebook.

2. MySpace

MySpace telah melewati tiga pelanggaran data, yang pertama pada 2008 tak lama setelah itu telah dilampaui oleh Facebook ketika 360 juta data pengguna dicuri.

Informasi tersebut dijual pada 2016 ketika situs tersebut telah menjadi peninggalan era internet sebelumnya dan ada juga peretasan berukuran serupa pada 2013.

Baca Juga: Daftar Pencarian Terpopuler Google Indonesia 2022: Ada Cepmek sampai Citayam Fashion Week

3. Google

Menurut Australian Associated Press, dalam pertarungan hukum dengan pengawas persaingan Australia, Google telah setuju untuk membayar denda sebesar 60 juta Dolar AS.

Ini karena raksasa teknologi itu mengumpulkan pengguna yang menyesatkan tentang data lokasi pribadi.

Pada April tahun lalu, Pengadilan Federal Australia menemukan bahwa Google telah melanggar undang-undang konsumen dengan menyesatkan beberapa pengguna.

Google membuat pengguna percaya bahwa itu tidak mengumpulkan data pribadi tentang lokasi mereka melalui perangkat seluler yang diberdayakan oleh sistem operasi Android.

Namun, itu terus mengumpulkan dan mengakses data lokasi saat riwayat lokasi pengguna disetel ke "non aktif" tetapi aktivitas web dan aplikasi mereka "aktif" dan mereka menggunakan aplikasinya.

Logo Google. [Shutterstock]
Logo Google. [Shutterstock]

4. LinkedIn

LinkedIn milik Microsoft mencatat pelanggaran data pertamanya pada 2012, mengklaim sekitar 6,5 juta akun terpengaruh sebelum memperbarui perkiraan angka menjadi 165 juta pada 2016.

Nama, tempat kerja, alamat email pribadi, jabatan, dan tautan profil individu dari 66 juta pengguna lainnya dihapus dalam kebocoran 2018, dan perusahaan telah mengalami total empat pelanggaran.

5. Instagram

Sekitar 49 juta pengguna platform berbagi foto Instagram milik Facebook terungkap setelah server yang tidak terlindungi bocor secara online pada 2019.

6. TikTok

Agustus tahun ini, sebuah laporan Comparitech dirilis mengenai Data Sosial, sebuah perusahaan pialang data yang menjual data tentang influencer media sosial kepada pemasar.

Peneliti Comparitech mampu mengungkap tiga alamat basis data IPv6 yang tidak dilindungi yang masing-masing menyimpan salinan identik dari data yang terbuka. Dari 235 juta profil media sosial, 42.129.799 rekaman dari TikTok.

7. Twitter

Ilustrasi Twitter (Pixabay/coffee)
Ilustrasi Twitter (Pixabay/coffee)

Twitter, yang diambil alih oleh Elon Musk minggu lalu, menjadi korban serangan peretas Rusia pada 2016, yang mempengaruhi catatan 32 juta pengguna.

Dua tahun kemudian, perusahaan mendesak 330 juta pengguna untuk mengubah kata sandi mereka karena kesalahan dalam kode situs yang mengekspos mereka, untuk sementara diikuti oleh gangguan serupa yang berskala lebih kecil pada 2020 dan 2022, sehingga total pelanggarannya menjadi empat.

8. Yahoo

Raksasa pencarian Yahoo! mengalami pelanggaran pertama pada 2012 ketika serangan injeksi SQL mengungkapkan nama pengguna dan kata sandi dalam format teks biasa.

Perisiwa ini diikuti oleh peretasan yang mempengaruhi miliaran pengguna pada tahun 2013 dan dua lagi pada 2014 dan 2018.

Itulah deretan situs media sosial yang kerap mencuri data penggunanya. Untuk memeriksa media sosial tertentu mencuri data atau tidak kamu bisa cek disini: https://tosdr.org/. [Pasha Aiga Wilkins]

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI