China Menonaktifkan Aplikasi Pelacakan Covid-19 Nasional

Dythia Novianty Suara.Com
Selasa, 13 Desember 2022 | 10:42 WIB
China Menonaktifkan Aplikasi Pelacakan Covid-19 Nasional
Itinerary Card. [STR/AFP]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - China telah menonaktifkan aplikasi telepon yang melacak pergerakan orang selama pandemi.

Aplikasi nasional, yang telah beroperasi selama tiga tahun, offline pada akhir Senin kemarin.

Ini adalah perubahan kebijakan terbaru yang menandakan Beijing mengabaikan strategi nol-Covid yang kontroversial.

Langkah ini sangat simbolis tetapi tidak akan berdampak besar pada kehidupan sehari-hari masyarakat karena aplikasi lokal masih digunakan di kota-kota di seluruh China.

Baca Juga: Sutradara Wild Bloom Ungkap Alasan Gaet Zhao Liying Jadi Pemeran Utama

Aplikasi Communications Itinerary Card, yang menggunakan sinyal telepon untuk melacak apakah seseorang telah bepergian ke daerah yang dianggap berisiko tinggi, dipandang sebagai bagian utama dari kebijakan nol-Covid di China.

Orang-orang diharuskan memasukkan nomor telepon di aplikasi untuk menghasilkan panah hijau, yang menunjukkan bahwa mereka dapat melakukan perjalanan antar provinsi dan mengikuti acara.

Ilustrasi Covid-19. [Antara]
Ilustrasi Covid-19. [Antara]

Kini perjalanan antar provinsi telah dilonggarkan dengan dicabutnya pembatasan pencegahan Covid-19, aplikasi nasional tersebut dianggap sudah usang oleh para pejabat.

Banyak pengguna media sosial di China menyambut baik penghentian aplikasi tersebut.

Tapi itu hanya salah satu dari beberapa aplikasi pelacakan yang mengatur kehidupan sehari-hari di China, dengan banyak orang masih menggunakan sistem pemindaian yang dijalankan oleh kota atau provinsi mereka untuk mengakses fasilitas lokal dan bangunan umum.

Baca Juga: Pernah Bekerja Sama, Wang Yibo Turut Promosikan Film Baru Garapan Da Peng

Perubahan kebijakan tersebut merupakan simbol bagi sebuah negara yang berpaling dari strategi nol-Covid yang kontroversial, menyusul protes yang meluas di beberapa kota.

Kerusuhan baru-baru ini dipicu oleh kebakaran di blok bertingkat tinggi di wilayah Xinjiang barat yang menewaskan 10 orang pada November lalu, dengan pembatasan yang telah berlangsung lama dipersalahkan karena menghambat upaya penyelamatan.

Mengikuti perubahan kebijakan, orang dengan Covid sekarang dapat mengisolasi diri di rumah daripada di fasilitas negara, dan telah ada pelonggaran pengujian massal secara luas.

China sekarang mengalami lonjakan kasus Covid, dengan pihak berwenang di Beijing mengatakan, lebih dari 22.000 pasien telah mengunjungi rumah sakit di seluruh kota pada hari Minggu.

Jumlah ini 16 kali lipat dari total seminggu sebelumnya, sebagaimana melansir laman BBC, Selasa (13/12/2022).

China melaporkan 8.626 kasus domestik pada hari Minggu, tetapi dengan pengujian yang tidak lagi meluas, jumlahnya diyakini jauh lebih tinggi.

Ilustrasi lockdown di China. (Noel Celis / AFP)
Ilustrasi lockdown di China. (Noel Celis / AFP)

Meskipun langkah-langkahnya dilonggarkan, China masih dianggap memiliki beberapa pembatasan Covid paling keras di dunia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI