Suara.com - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika pada Kamis (8/12/2022) mengumumkan pemicu gempa Cianjur 21 November yang menewaskan 321 orang itu.
Adalah patahan atau Sesar Cugenang yang telah memicu gempa tersebut. Patahan aktif Cugenang ini belum terpetakan sebelumnya. Faktanya BMKG tadinya menduga gempa dasyat itu disebabkan oleh aktivitas Sesar Cimandiri yang memanjang hingga ke Sukabumi.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, dalam siaran persnya, menjelaskan bahwa Sesar Cugenang ditemukan di Kecamatan Cugenang. Patahan itu melintasi sembilan desa.
"Karena patahannya di wilayah Cugenang maka dinamakan Patahan Cugenang, patahan yang baru terbentuk atau ditemukan melintasi 9 desa di dua kecamatan dengan lintasan yang mengarah ke barat laut tenggara," kata Dwikorita seperti dilansir dari Antara.
Baca Juga: BMKG: Sesar Cugenang yang Baru Teridentfikasi Picu Gempa Cianjur, Bukan Sesar Cimandiri
Dari sembilan desa yang dilintasi Sesar Cugenang, delapan di antaranya termasuk Kecamatan Cugenang.
Kedelapan desa itu adalah Desa Ciherang, Desa Ciputri, Desa Cibeureum, Desa Nyalindung, Desa Mangunkerta, Desa Sarampad, Desa Cibulakan, dan Desa Benjot. Satu desa terakhir, Nagrak, berlokasi dalam wilayah Kecamatan Cianjur.
Sementara itu Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono menjelaskan bahwa identifikasi Sesar Cugenang berdasarkan pada analisis focal mechanism serta memerhatikan posisi episenter gempa utama dan gempa susulan.
"Diketahui bahwa patahan pembangkit gempa bumi Cianjur merupakan patahan baru," kata Daryono.
Lebih lanjut Daryono mengemukakan, berdasarkan analisis mekanisme pergerakan patahan dan episenter gempa utama serta susulan, patahan itu mengarah ke N 347 derajat timur dan kemiringan (dip) 82,8 derajat dengan mekanisme gerak geser menganan (dextral stike-slip).
Sebelumnya BMKG menduga bahwa gempa Cianjur disebabkan oleh aktivitas Sesar Cimandiri, karena pusat gempa berlokasi di dekat sesar tersebut.
Tetapi dugaan ini diragukan oleh sejumlah ilmuwan di Tanah Air. Mereka menduga gempa mematikan pada 21 November itu dipicu oleh sesar misterius yang belum terpetakan.
Dikerubuti ribuan bangunan
Sayangnya, di atas zona berbahaya dari Sesar Cugenang ini sudah dibangun sekitar 1.800 rumah. Zona berbahaya ini memiliki luas 8,09 kilometer persegi.
BMKG merekomendasikan agar ribuan rumah ini dipindahkan dan tak boleh lagi ada bangunan didirikan di sana.
"Zona bahaya merupakan zona yang rentan mengalami pergeseran atau deformasi, getaran dan kerusakan lahan, serta bangunan," kata Daryono.
Meski demikian zona itu masih bisa digunakan untuk bertani, kawasan konservasi, lahan resapan, hingga objek wisata dengan konsep ruang terbuka.
"Untuk konsepnya ruang terbuka tanpa ada bangunan, sehingga ketika kembali terjadi gempa di titik yang sama tidak ada bangunan yang ambruk menimpa warga atau korban jiwa. Namun intinya di lahan tersebut terlarang dari bangunan," imbuh Dwikorita.
BMKG juga meminta pemerintah daerah untuk tetap siaga dan waspada terhadap sesar aktif yang melintasi wilayah Cianjur. Pihaknya telah memberikan peta sesar ke Pemkab Cianjur untuk menjadi acuan dan diwaspadai.