BMKG: Sesar Cugenang yang Baru Teridentfikasi Picu Gempa Cianjur, Bukan Sesar Cimandiri

Liberty Jemadu Suara.Com
Kamis, 08 Desember 2022 | 20:17 WIB
BMKG: Sesar Cugenang yang Baru Teridentfikasi Picu Gempa Cianjur, Bukan Sesar Cimandiri
Zona berbahaya Sesar Cugenang yang memicu gempa Cianjur pada 21 November 2022. [Antara]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyampaikan bahwa gempa di Cianjur, Jawa Barat merupakan patahan baru yang dinamakan Patahan atau Sesar Cugenang.

"Berdasarkan hasil analisis focal mechanism serta memerhatikan posisi episenter gempa utama dan gempa susulan, dapat diketahui bahwa patahan pembangkit gempa bumi Cianjur merupakan patahan baru," ujar Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono dalam konferensi pers yang diikuti secara daring di Jakarta, Kamis (8/12/2022).

Sebelumnya BMKG menduga bahwa gempa Cianjur disebabkan oleh aktivitas Sesar Cimandiri. Dugaan ini sebelumnya juga sudah diragukan oleh sejumlah ilmuwan di Tanah Air. Mereka menduga gempa mematikan pada 21 November itu dipicu oleh sesar misterius yang belum terpetakan.

Lebih lanjut Daryono mengemukakan, berdasarkan analisis mekanisme pergerakan patahan dan episenter gempa utama serta susulan, patahan itu mengarah ke N 347 derajat timur dan kemiringan (dip) 82,8 derajat dengan mekanisme gerak geser menganan (dextral stike-slip).

Baca Juga: Dukung BMKG, Iluwan UPN Yogyakarta: Sumber Gempa Cianjur Turunan Sesar Cimandiri

Ia menyampaikan, BMKG merekomendasikan pemukiman di daerah seluas 8,09 kilometer persegi dengan hunian sekitar 1.800 rumah yang berada di dalam zona bahaya patahan geser Cugenang, meliputi sebagian Desa Talaga, Sarampad, Nagrak, dan Cibulakan untuk direlokasi.

"Berdasarkan zona bahaya tersebut di atas, maka area yang terdokumentasi untuk direlokasi adalah area seluas 8,09 KM2 dengan hunian sebanyak kurang lebih 1.800 rumah yang berada di dalam zona bahaya patahan geser Cugenang, meliputi sebagian Desa Talaga, Sarampad, Nagrak, Cibulakan," paparnya.

"Zona bahaya merupakan zona yang rentan mengalami pergeseran atau deformasi, getaran dan kerusakan lahan, serta bangunan," kata Daryono.

Dalam kesempatan itu, ia juga mengatakan bahwa gempa Cianjur merupakan jenis gempa tektonik kerak dangkal.

"Hasil monitoring BMKG hingga Kamis, 8 Desember 2022, pukul 12.00 WIB telah terjadi sebanyak 402 kali gempa susulan yang makin melemah secara fluktuatif, dengan frekuensi kejadian makin jarang. Magnitudo terbesar 4,3 dan terkecil 1,0," ujarnya.

Baca Juga: Gempa Cianjur Bukan Disebabkan Sesar Cimandiri, Pakar: Ada Sesar Misterius yang Belum Terpetakan!

Sementara itu, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati meminta agar zona-zona yang direkomendasikan direkolasi itu sebaiknya tidak dibangun pemukiman.

"Zona bahaya itu dikosongkan dari hunian, tetapi bisa untuk dimanfaatkan untuk non hunian misalnya untuk persawahan, area resapan, konservasi, dihutankan, tapi jangan dibangun rumah lagi," tuturnya. [Antara]

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI