Suara.com - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan menganggap tidak adil apabila internet Indonesia masih kalah dari Singapura, entah dari kecepatan maupun penetrasi.
"Memang kita orang membandingkan kita dengan Singapura. Kau masak bandingkan kita dengan Singapura? Singapura itu penduduknya 6 juta. Baru kopling tiga sudah sampai di ujung. Saya kan pernah jadi duta besar di Singapura," kelakar Luhut saat di acara konferensi pers Google Indonesia, Rabu (7/12/2022).
"Jadi enggak boleh. Enggak fair. Orang bandingkan Singapura itu bersih gini gini gini. Iya semua orangnya sekolahnya bagus. Coba dia mengatur di Indonesia. Biar ubannya langsung tumbuh banyak," sambung dia.
Dari data yang dipaparkan Luhut, Indonesia hanya memiliki persentase 53,73 persen untuk proporsi individu yang menggunakan internet di tahun 2020.
Baca Juga: Heboh Kabar 100 Pulau RI di Lelang di Situs AS, Menko Luhut Angkat Bicara
Indonesia masih menang dari Filipina dengan persentase 49,80 persen. Namun Indonesia kalah dari Thailand dengan persentase (77,84 persen), Vietnam 70,30 persen, dan Malaysia 89,56 persen.
Luhut juga memperlihatkan data terkait desa di provinsi Indonesia dengan jaringan lemot atau tanpa sinyal sama sekali. Per 2021 Indonesia memiliki persentase 27 persen, tapi naik dari 2018 dengan 37 persen dan 2020 dengan 30 persen.
Papua jadi provinsi tertinggi dengan jaringan lemot atau tanpa sinyal sama sekali dengan persentase 80,59 persen.
Jika tadi sinyal, kini Luhut juga membeberkan soal penetrasi internet di desa di provinsi Indonesia. Tercatat Indonesia masih memiliki persentase 8 persen untuk desa dengan koneksi internet lemah maupun tanpa sinyal sama sekali.
Tapi jika dibandingkan dengan tahun 2018 dengan 24 persen dan 2020 dengan 12 persen, angka tahun 2021 memang naik ketimbang sebelumnya.
Baca Juga: Harga Internet Indonesia Lebih Terjangkau Dibanding Malaysia
Papua pun masih tercatat sebagai provinsi dengan internet lemot atau tanpa sinyal sama sekali dengan persentase 52,85 persen dibanding provinsi lain di Indonesia.
Luhut menjelaskan ini adalah kompleksitas penanganan internet di Indonesia. Ia mengakui kalau untuk menangani itu tidak mudah, perlu kerja keras, stamina, otak, hingga tim untuk menyelesaikan misinya.
"Quality of telephone and internet signals in 2022 juga masih rendah. Kami akui. Kami juga enggak perlu bohongi diri kami, karena luasnya negara tadi. Membangun infrastruktur itu tidak mudah. Tapi sekarang proses pembangunannya cepat," tukas dia.