Suara.com - Sebuah laporan mengungkap, ujaran kebencian semakin tinggi usai Elon Musk membeli Twitter. Konten rasis hingga komentar tidak menyenangkan banyak beredar di platform tersebut.
Namun, Elon Musk selaku Pemilik Twitter menolak klaim tersebut dan menganggapnya keliru.
"Tayangan ujaran kebencian terus menurun, meskipun ada pertumbuhan pengguna yang signifikan! @TwitterSafety akan menerbitkan data setiap minggu," kata Musk, dikutip dari Tech Times, Senin (5/12/2022).
"Kebebasan berbicara bukan berarti kebebasan untuk menjangkau. Hal negatif seharusnya mendapatkan jangkauan lebih rendah daripada hal positif," sambung dia.
Baca Juga: Elon Musk Kembali Blokir Akun Twitter Kanye West
Dia juga mengklaim, saat ini ada sekitar 500 juta tweet per hari dan jutaan impression.
Jadi tayangan ujaran kebencian tak lebih dari 0,1 persen dari apa yang dilihat di Twitter.
Sebelumnya, penelitian dari Center for Countering Digital (CCDH) menemukan kalau ujaran kebencian makin banyak usai Elon Musk menguasai Twitter.
Mereka mengatakan bahwa rata-rata 1.282 tweet per hari bersifat rasis terhadap komunitas kulit hitam.
Lalu 5.117 tweet per hari berisi ujaran kebencian terhadap transgender.
Baca Juga: Elon Musk Siap Uji Coba Pasang Chip Neuralink ke Otak Manusia, Diklaim Sembuhkan Orang Lumpuh
Lembaga itu mengungkap kalau jumlah tweet ujaran kebencian melonjak jadi 3.876 usai Musk membeli Twitter.
Mereka juga memperhatikan bahwa sejak saat itu rata-rata tweet ujaran kebencian mencapai 4.650 per hari.
CCDH juga menemukan bahwa jumlah likes dan komentar pada tweet tersebut ini meningkat dari 13,3 menjadi 49,5.