Ini Tanda-tanda Pergerakan Tanah, Rawan Terjadi di Musim Hujan

Liberty Jemadu Suara.Com
Kamis, 01 Desember 2022 | 15:39 WIB
Ini Tanda-tanda Pergerakan Tanah, Rawan Terjadi di Musim Hujan
Warga berjalan melintasi rumah yang rusak akibat pergerakan tanah di Desa Cilangkap, Lebak, Banten, Sabtu (11/6/2022). [ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas/foc]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mengimbau masyarakat yang bermukim di daerah rawan longsor untuk mewaspadai curah hujan tinggi karena berpotensi menyebabkan pergerakan tanah.

Koordinator Mitigasi Gerakan Tanah PVMBG Sumaryono mengatakan masyarakat perlu mengenali tanda-tanda pergerakan tanah, semisal munculnya retakan berbentuk tapal kuda dan jika melihat tanda itu harus segera ditutup.

"Kemunculan rembesan air yang disertai lumpur juga perlu diwaspadai karena sebagai tanda air sudah masuk ke dalam zona lemah lereng," ujarnya saat dihubungi di Jakarta, Kamis (1/12/2022).

Sumaryono mengimbau masyarakat yang bermukim di bantaran sungai agar waspada terhadap banjir bandang, terutama bila ada pembendungan sungai oleh material tanah, bebatuan, dan kayu.

Baca Juga: Diguyur Hujan Lebat, Satu Rumah Rusak Berat dan Tujuh Terancam Pergerakan Tanah

Jika masyarakat melihat kondisi tersebut, lanjutnya, maka material yang membendung sungai mesti dibersihkan agar aliran air lancar dan tidak menyebabkan banjir bandang.

Setiap bulan, PVMBG selalu merilis peta prakiraan wilayah potensi terjadinya gerakan tanah di seluruh Indonesia yang dapat diakses melalui laman resmi https://vsi.esdm.go.id/. Pada peta itu tercantum keterangan berwarna hijau untuk daerah dengan potensi gerakan tanah rendah.

Kemudian, keterangan berwarna kuning adalah daerah dengan potensi gerakan tanah menengah dan keterangan berwarna ungu mencakup daerah yang berpotensi tinggi terjadi gerakan tanah.

Di Indonesia, jenis tanah pelapukan yang sering dijumpai adalah hasil letusan gunung api. Tanah ini memiliki komposisi sebagian besar lempung dengan sedikit pasir dan bersifat subur.

Tanah pelapukan yang berada di atas batuan kedap air pada perbukitan atau pegunungan dengan kemiringan hingga terjal berpotensi mengakibatkan tanah longsor saat musim hujan dengan curah tinggi. Jika perbukitan tersebut tidak ada tanaman keras berakar kuat dan dalam, maka kawasan tersebut rawan bencana tanah longsor.

Baca Juga: Tiga Rumah di Bandung Barat Rusak Akibat Pergerakan Tanah, Belasan Lainnya Terancam

Terdapat enam jenis tanah longsor, yaitu longsoran translasi, longsoran rotasi, pergerakan blok, runtuhan batu, rayapan tanah, dan aliran bahan rombakan.

Jenis longsoran translasi dan rotasi paling banyak terjadi di Indonesia. Sedangkan, longsoran yang paling banyak memakan korban jiwa manusia adalah aliran bahan rombakan. [Antara]

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI