Suara.com - Twitter mencabut kebijakan yang dipakai untuk mengatasi misinformasi Covid-19 di platformnya. Kebijakan ini efektif sejak 23 November kemarin.
Itu artinya Twitter tak lagi memprioritaskan soal penghapusan atau penandaan informasi kesehatan yang menyesatkan terkait Covid-19, seperti dikutip dari CNBC, Rabu (30/11/2022).
Sejak Desember 2020 Twitter membuat aturan untuk memberi label dan menghapus misinformasi soal vaksin Covid-19.
Sebab saat itu, banyak akun yang menyebarkan klaim palsu soal virus corona dan dampak buruk vaksin.
Baca Juga: Pemerintah China Dituding Sebar Konten Porno di Twitter Demi Tutupi Demonstrasi
CEO Twitter Elon Musk pun menjadi kritikus yang vokal mengenai bagaimana otoritas kesehatan bereaksi terhadap pandemi virus corona.
Di awal 2020 ia sempat mengatakan kalau kebijakan lockdown secara paksa memenjarakan orang di rumah mereka dan bertentangan dengan semua hak konstitusional mereka.
Ia juga blak-blakan di podcast “The Joe Rogan Experience” pada tahun 2020 bahwa angka kematian akibat Covid-19 jauh lebih rendah dari perkiraan pejabat kesehatan.
Musk sendiri telah berkomitmen untuk menghadirkan kebebasan berbicara di Twitter. Hal itu diyakini menjadi alasan kenapa kebijakan ini dihapus.
Tetapi pakar keamanan siber mengatakan kalau pendekatan Elon Musk bisa menyebabkan peningkatan ujaran kebencian, pelecehan, dan informasi yang salah di platform tersebut.
Baca Juga: Elon Musk Targetkan Jumlah Pengguna Twitter 1 Miliar, Hitungan 18 Bulan
Musk sendiri mengklaim kalau konten ujaran kebencian di Twitter mulai menurun sejak Oktober. Tapi belum diketahui bagaimana perusahaan menciptakan kesimpulan itu.