Suara.com - Twitter dibanjiri konten spam dan pornografi apabila pengguna mencari aksi demonstrasi di China soal Covid-19. Para peneliti berasumsi kalau pemerintah China adalah dalang di balik penyebaran konten tersebut.
Sejak minggu lalu, penelusuran aksi protes di Beijing, Shanghai, Nanjing, dan Guangzhou ditimpa oleh konten spam, foto perempuan berpakaian minim, hingga fragmen kata dan kalimat acak.
Menurut laporan CNN, dikutip Rabu (30/11/2022), konten itu berasal dari akun yang dibuat beberapa bulan lalu. Akun itu bahkan tidak memiliki followers maupun following layaknya buzzer.
Lonjakan konten tersebut dicurigai terjadi usai kebakaran mematikan di provinsi Xinjiang, China. Insiden itu menewaskan 10 orang di tengah kebijakan lockdown Covid-19.
Baca Juga: Elon Musk Targetkan Jumlah Pengguna Twitter 1 Miliar, Hitungan 18 Bulan
Kebakaran dan frustrasi yang berkepanjangan akibat kebijakan lockdown itu nyatanya memicu protes para warga China.
“Ini terjadi tidak hanya di sekitar Xinjiang, tetapi juga terkait masalah sensitif China saat ini,” kata Charlie Smith dari GreatFire.org, sebuah kelompok aktivisme digital yang berbasis di China.
“Cari kota mana pun yang mengalami peningkatan kasus Covid, atau unjuk rasa di jalan pada akhir pekan. Anda akan melihat hal yang sama," lanjut dia.
Kampanye oleh akun bot tersebut menjadi kasus disinformasi besar pertama sejak Twitter dibeli Elon Musk. Padahal ia berjanji untuk berperang melawan akun bot dan spam.
Nyatanya Musk telah melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) massal ke karyawan Twitter. Hal ini dikhawatirkan mengurangi kemampuan perusahaan untuk memerangi aktor jahat di platform.
Baca Juga: Layanan Terverifikasi Twitter Biru Akan Diluncurkan Minggu Ini di Aplikasi iOS
Twitter juga tidak menanggapi fenomena buzzer ini.
Di sisi lain Twitter adalah media sosial yang diblokir pemerintah China. Namun diperkirakan jumlah pengguna Twitter di China berkisar antara 3-10 juta.