Suara.com - Wireless Engineer Huawei Indonesia Chandra Gunawan mengatakan Base Transceiver Station atau BTS tower sebagai pemancar internet dapat bertahan empat jam setelah terputus dari aliran listrik saat bencana alam melanda, contohnya seperti gempa di Cianjur, baru-baru ini.
BTS tower internet sendiri merupakan instrumen vital dalam jaringan seluler yang berguna sebagai penghubung antara jaringan sebuah telekomunikasi seluler dengan peranti komunikasi.
BTS memiliki fungsi sebagai pengirim dan penerima sinyal radio ke perangkat komunikasi. Sinyal radio tersebut diubah menjadi sinyal digital untuk dikirim ke terminal lainnya menjadi sebuah pesan atau data dan jaringan telekomunikasi yang makin pesat.
"Kira-kira bertahan sekitar sampai empat jam. Hal ini dikarenakan BTS akan di-support dengan baterai cadangan. Setelah habis maka tidak ada aliran listrik, dan mati. Ketika mati, baru nanti kita menggunakan genset," kata Chandra di Jakarta, Rabu pekan ini (23/11/2022).
Baca Juga: Lima Operator Seluler Masih Berupaya Atasi Gangguan Layanan Akibat Gempa Cianjur
Dalam gempa Cianjur pada Senin (21/11/2022) lalu sejumlah BTS milik operator seluler terganggu akibat bencana dan tak terhubung dengan listrik. Dari 1.172 site BTS di Cianjur dan Sukabumi, hanya terdapat 15 site yang belum bisa melayani kebutuhan masyarakat.
Layanan telekomunikasi baru-baru benar pulih sehari setelah bencana, setelah aliran listrik ke BTS-BTS yang terdampak bisa dipulihkan.
Di Indonesia sendiri, kini sudah terdapat 4.321 titik BTS yang beroperasi untuk menghadirkan layanan telekomunikasi 4G bagi masyarakat per 4 Oktober 2022.
Jumlah tersebut tergabung dalam 4.500 BTS 4G yang dibangun oleh Kementerian Kominfo dengan target keseluruhan pembangunan BTS di Indonesia mencapai 9.113 titik. Sebelumnya pada September 2022, jumlah BTS tower yang aktif melayani masyarakat berjumlah 4.241 BTS.
Baca Juga: Gempa Cianjur, Infrastruktur Telkomsel, XL, dan Indosat Terganggu