Suara.com - Google diterpa isu akan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) 11.000 orang karyawannya. PHK ini disebut sebagai upaya untuk menghemat pengeluaran. Meski begitu, perusahaan teknologi raksasa ini berdalih hanya mengubah strategi, membuat para karyawan Google merasa gelisah dan khawatir.
Para petinggi Google mengatakan bahwa akan ada pemotongan gaji kecil, namun tidak mengesampingkan adanya PHK.
Dalam pertemuan terbaru, sejumlah pertanyaan tentang potensi PHK dinilai tinggi oleh karyawan di sistem tanya jawab internal Google yang disebut Dory. Selain itu, beberapa karyawan juga bertanya apakah eksekutif salah mengelola jumlah karyawan.
Dilansir dari CNBC pada Kamis (24/11/2022), jumlah total karyawan penuh waktu Google pada akhir kuartal September mencapai 186.779, meningkat 24 persen dari tahun ke tahun. Namun, para karyawan mempertanyakan jumlah tersebut karena sebagian besar divisi merasa tidak mendapatkan penambahan karyawan.
Baca Juga: Dikabarkan PHK 11.000 Karyawan, Google Justru Klaim Ubah Strategi Perusahaan
"Banyak tim merasa seperti kehilangan jumlah karyawan, bukan mendapatkannya. Ke mana perginya jumlah pegawai ini?" tulis salah satu pertanyaan dari karyawan Google.
Para pegawai menginginkan detail lebih lanjut tentang isu PHK setelah laporan pendapatan terbaru dan komentar dari CFO Ruth Porat mengenai kemungkinan pemotongan gaji.
"Bisakah kami mendapatkan kejelasan lebih lanjut tentang jumlah karyawan di 2023?" tambah karyawan Google lainnya.
Beberapa karyawan mengekspresikan kecemasan dan kegelisahan atas isu PHK melalui meme "tolong jangan pecat kami" yang dibagikan secara internal.
Sebelumnya, awal tahun ini Google mengatakan bahwa mereka membuang praktik lama dan beralih ke proses yang disederhanakan bernama Googler Review and Development (GRAD).
Baca Juga: HP Mau PHK 6.000 Karyawan Dalam 3 Tahun ke Depan
Seorang juru bicara Google mengatakan bahwa sistem GRAD diluncurkan untuk membantu pengembangan karyawan, pembinaan, pembelajaran, dan kemajuan karir sepanjang tahun.
Google menambahkan bahwa sistem baru akan menghasilkan pendapatan yang lebih tinggi, tetapi para pekerja bersikeras perubahan itu memiliki banyak ambiguitas di tengah isu perusahaan akan memotong gaji dan PHK.