Intel Klaim Teknologi Deepfake Miliknya Memiliki Akurasi 96 Persen

Dythia Novianty Suara.Com
Minggu, 20 November 2022 | 07:15 WIB
Intel Klaim Teknologi Deepfake Miliknya Memiliki Akurasi 96 Persen
Ilustrasi teknologi Deepfake. [Shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Teknologi deepfake merupakan kemiripan seseorang ditempatkan secara digital di atas milik orang lain—memiliki beberapa implikasi yang sangat menyeramkan.

Intel mengatakan bahwa teknologi pendeteksi deepfake barunya, yang disebut FakeCatcher, mampu merekam video deepfake 96 persen.

Intel mengumumkan bahwa FakeCatcher dapat beroperasi secara real-time untuk mendeteksi video deepfake, yang diklaim ini adalah yang pertama dari jenisnya di dunia.

FakeCatcher tampaknya memiliki tingkat keberhasilan 96 persen dalam mendeteksi kemiripan palsu dan mengumpulkan data tentang mekanisme aliran darah halus di wajah seseorang dengan memindai piksel dalam video.

Baca Juga: Intel Berencana PHK Karyawan Demi Efisiensi

Kemudian teknologi AI dapat menentukan apakah kemiripan subjek itu asli atau tidak.

FakeCatcher dikembangkan oleh peneliti Intel Ilke Demir dan Umur Ciftci dari Universitas Negeri New York di Binghamton menggunakan teknologi Intel.

Fakecatcher. [Intel]
Fakecatcher. [Intel]

“Video deepfake ada di mana-mana sekarang. Anda mungkin pernah melihatnya; video selebritas yang melakukan atau mengatakan hal-hal yang sebenarnya tidak pernah mereka lakukan,” kata staf penelitian senior Intel Labs Ilke Demir dalam siaran pers Intel.

FakeCatcher dihosting di server tetapi berinteraksi dengan video menggunakan platform berbasis web.

Menurut Intel, pendekatan teknologi ini berlawanan dengan pendeteksi tradisional berbasis pembelajaran mendalam, yang biasanya mencoba menemukan apa yang palsu tentang sebuah video, sedangkan FakeCatcher mencari apa yang nyata.

Baca Juga: Prosesor Intel Xeon Scalable Bantu Kinerja Live Streaming Tokopedia

Dalam wawancara dengan VentureBeat, Demir menjelaskan bahwa pendekatan FakeCatcher didasarkan pada photoplethysmography (PPG), yaitu metode untuk mengetahui perubahan aliran darah di jaringan manusia.

Jika orang sungguhan ada di layar, jaringan mereka akan berubah warna secara mikroskopis saat darah dipompa melalui pembuluh darah mereka.

Deepfake tidak dapat mereplikasi perubahan corak ini (setidaknya belum).

Dilansir laman Gizmodo, Minggu (20/11/2022), teknologi deepfake tampaknya telah berkembang dalam beberapa tahun terakhir.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI