Suara.com - Perusahaan asal Singapura sekaligus induk perusahaan Shopee, Sea Ltd telah melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) ke lebih dari 7.000 karyawannya selama enam bulan terakhir.
Menurut narasumber yang mengetahui isu tersebut, angka itu setara 10 persen dari total jumlah karyawan Sea, seperti dilaporkan Economic Times, Rabu (16/11/2022).
Badai PHK ini sedang marak terjadi ke perusahaan teknologi karena efek dari resesi ekonomi global. Untuk itulah mereka melakukan restrukturisasi demi menekan efisiensi biaya.
PHK massal Sea ini pun turut berdampak pada karyawan Shopee di Indonesia. Disebutkan kalau perusahaan telah memecat 3 persen dari total pegawainya di tanah air.
Baca Juga: Tencent Dikabarkan Kembali PHK Karyawan
Head of Public Affairs Shopee Indonesia Radynal Nataprawira menjelaskan, keputusan itu merupakan langkah terakhir yang harus ditempuh setelah melakukan penyesuaian melalui beberapa perubahan kebijakan bisnis.
“Kondisi ekonomi global menuntut kami untuk lebih cepat beradaptasi serta mengevaluasi prioritas bisnis agar bisa menjadi lebih efisien. Ini merupakan sebuah keputusan yang sangat sulit,” kata dia melalui siaran pers yang diterima di Jakarta, Senin (19/9/2022).
Redynal juga menyebut karyawan yang terdampak akan mendapatkan pesangon sesuai ketentuan perundang-undangan dengan tambahan satu bulan gaji. Karyawan yang terdampak juga masih dapat menggunakan fasilitas asuransi kesehatan perusahaan hingga akhir tahun dengan seluruh manfaatnya.
Tak hanya Indonesia, PHK Shopee juga menjalar ke Amerika Latin. Awal bulan ini dilaporkan kalau Shopee akan cabut dari Argentina dan menutup operasinya di Chili, Kolombia, hingga Meksiko.
Bahkan anak perusahaan game Sea, Garena, juga dilaporkan memecat ratusan pegawainya di Shanghai, China.
Baca Juga: 101 Karyawan Pabrik AQUA di-PHK Diduga Akibat Protes Upah Lembur, Manajemen Buka Suara