Suara.com - Pelaksana tugas Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana Abdul Muhari mengatakan upaya mitigasi penyelamatan nyawa dari gempa megathrust dan tsunami hanyalah evakuasi.
"Ketika kita bicara tsunami megathrust, maka ketika itu, kita bicara upaya mitigasi nya untuk penyelamatan nyawa, evakuasi, hanya evakuasi," ujar Abdul dalam "Disaster Briefing" diikuti daring di Jakarta, Senin (14/11/2022).
Abdul mengatakan berdasarkan pengalaman dari gempa Jepang 2011, dengan tsunami hingga 15 meter, diketahui tak satu pun struktur baik buatan manusia dan alam yang bisa menghentikan gelombang air laut.
Pelajaran yang sama juga dipetik dari gempa Aceh pada 2004 silam. Ketika itu tsunami merangsek hingga 3 kilometer ke daratan.
Baca Juga: Gempa Garut pada Malam Minggu Terjadi di Zona Megathrust
Di Indonesia, kawasan rawan gempa megathrust yang dapat memicu tsunami, yakni Pantai Barat Sumatera dan Pantai Selatan Jawa, selatan Sulawesi, bagian utara Sulawesi, dan utara Papua.
"Ada beberapa tempat yang mungkin di bawah 10 menit tsunami nya udah sampai. Jadi kita benar-benar berpacu dengan waktu, ada atau tidak peringatan dini diterima oleh masyarakat di kawasan pesisir," kata Abdul.
Abdul mengatakan jika guncangan gempa tidak berhenti lebih dari 30 detik, maka 75 persen dapat berpotensi tsunami meskipun terjadinya pelan-pelan, sehingga dibutuhkan upaya evakuasi segera.
Menurutnya, tanda-tanda potensi tsunami tidak selalu memiliki karakteristik yang sama. Seperti surutnya air laut atau berhentinya hembusan angin, karena tiap bencana meskipun itu terjadi pada daerah yang sama dalam waktu yang berbeda, pasti memiliki karakteristik yang berbeda.