Suara.com - Lembaga regulator di Amerika Serikat mengatakan terus memantau dinamika yang terjadi di Twitter dengan "keprihatinan mendalam" setelah beberapa pejabat bidang privasi dan kepatuhan perusahaan media sosial tersebut dilaporkan berhenti.
Komisi Perdagangan Federal (FTC) mengatakan bahwa kepala eksekutif baru Twitter, Elon Musk, "tidak kebal hukum".
Secara terpisah, Musk dilaporkan mengatakan kepada karyawan bahwa kebangkrutan mungkin terjadi di Twitter.
Perusahaan itu berada dalam kekacauan sejak Musk memecat ribuan karyawan minggu lalu.
Baca Juga: Usai Beli Twitter, Elon Musk Jual Saham Tesla Hingga Triliunan
Kebijakan yang membuat para pengguna Twitter dapat membeli status verifikasi centang biru sebagai bagian dari langganan baru telah menimbulkan kekhawatiran bahwa Twitter dapat dibanjiri akun palsu.
Sebelumnya, centang biru diberikan kepada akun individu dan organisasi terkenal atau berpengaruh.
Pada Kamis lalu, Yoel Roth, yang telah menjadi kepala keamanan dan integritas Twitter, memperbarui profilnya di platform media sosial dan menunjukkan bahwa dia tidak lagi menjabat di posisi tersebut.
Menurut laporan, kepala bidang privasi, Damien Kieran, dan kepala kepatuhan, Marianne Fogarty, mengundurkan diri. Kemudian kepala keamanan perusahaan, Lea Kissner, juga berhenti.
Perubahan ini dapat meningkatkan risiko Twitter melanggar aturan hukum.
Baca Juga: Elon Musk Sebut Twitter Bisa Bangkrut Hadapi Resesi Tahun Depan
Perusahaan berlambang burung biru ini pernah didenda US$150 juta (sekitar Rp2,3 triliun) pada bulan Mei lalu atas tuduhan menjual data pengguna, dan harus menyetujui aturan privasi yang baru.
"Kami melacak perkembangan terakhir di Twitter dengan keprihatinan mendalam," kata Douglas Farrar, direktur urusan publik FTC.
"Tidak ada kepala eksekutif atau perusahaan yang kebal hukum, dan perusahaan harus mengikuti keputusan persetujuan kami."
Farrer mengatakan FTC memiliki "perangkat baru untuk memastikan kepatuhan, dan kami siap untuk menggunakannya".
Twitter membayar denda pada Mei untuk menyelesaikan tuduhan bahwa mereka secara ilegal menggunakan data pengguna guna membantu penjualan iklan bertarget.
Selain denda, Twitter juga harus menyetujui aturan baru, dan menerapkan program privasi dan keamanan yang telah ditingkatkan. Program tersebut dilaksanakan oleh para eksekutif yang dilaporkan telah berhenti.
Sejak mengambil alih Twitter, Musk telah memecat mantan kepala eksekutif Parag Agrawal dan manajemen puncak lainnya. Kepala periklanan dan pemasaran perusahaan juga telah mengundurkan diri.
Fenomena ini meningkatkan kekhawatiran bahwa Twitter tidak memiliki cukup banyak orang untuk mengawasi pelaksanaan peraturan tersebut.
Masalah keuangan
Selain itu, beberapa pengiklan besar juga merasa ketakutan dengan arah kebijakan yang diambil Musk terhadap perusahaan media sosial tersebut.
Twitter menghasilkan sebagian besar pendapatannya melalui iklan, tetapi beberapa pengiklan besar telah menghentikan pengeluaran sambil melihat perubahan yang dibawa oleh Musk.
Pada Kamis, Chipotle Mexican Grill mengatakan telah menarik kembali konten berbayar dan miliknya di Twitter "selagi kami mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang arah platform di bawah kepemimpinan barunya".
Langkah yang sama juga dilakukan merek lain, termasuk perusahaan mobil General Motors, Volkswagen, dan Audi, raksasa obat Pfizer, dan produsen makanan General Mills, yang memiliki merek termasuk Cheerios dan Lucky Charms.
Beberapa merek disebut merasa khawatir bahwa Musk akan melonggarkan aturan moderasi konten dan membatalkan larangan permanen Twitter yang diberikan kepada tokoh-tokoh kontroversial, termasuk mantan presiden AS Donald Trump.
Musk dilaporkan memberi tahu karyawan selama rapat perusahaan bahwa dia tidak yakin dengan kinerja keuangan perusahaan di masa depan, dan mengatakan kebangkrutan mungkin terjadi.
Situs teknologi The Verge, yang menerbitkan transkrip lengkap pernyataan Musk kepada karyawan, melaporkan bahwa Twitter tidak lagi memiliki departemen komunikasi.