Waspada Aplikasi VPN Mengandung Jebakan Batman

Dythia Novianty Suara.Com
Selasa, 08 November 2022 | 05:50 WIB
Waspada Aplikasi VPN Mengandung Jebakan Batman
Ilustrasi VPN (Pixabay)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pada kuartal ketiga 2022, peneliti Kaspersky menemukan kampanye spionase Android yang sebelumnya tidak dikenal yang dijuluki SandStrike.

Aktor ancaman tersebut menargetkan minoritas agama berbahasa Persia, Baháí, melalui penyebaran aplikasi VPN yang berisi spyware yang sangat canggih.

Pakar Kaspersky juga menemukan upgrade lanjutan dari klaster DeathNote dan - bersama dengan SentinelOne – berupa temuan malware Metatron yang belum pernah dilihat sebelumnya.

Temuan tersebut dan lainnya terungkap dalam ringkasan intelijen ancaman triwulanan terbaru Kaspersky.

Baca Juga: Waduh, Demi Tekan Budget Perusahaan Rela Gunakan Perangkat Lunak Bajakan

Untuk memikat korban agar mengunduh implan spyware, aktor ancaman membuat akun Facebook dan Instagram dengan lebih dari 1.000 pengikut dan merancang materi grafis bertema agama yang menarik, membuat jebakan yang efektif bagi penganut keyakinan ini.

Sebagian besar akun media sosial ini berisi tautan ke saluran Telegram yang juga dibuat oleh penyerang.

Ilustrasi cara membuat channel telegram (pixabay.com)
Ilustrasi Telegram (pixabay.com)

Pada saluran ini, aktor di balik SandStrike mendistribusikan aplikasi VPN yang tampaknya tidak berbahaya untuk mengakses situs yang dilarang di wilayah tertentu, misalnya, materi terkait agama.

Untuk membuat aplikasi ini berfungsi penuh, aktor ancaman juga menyiapkan infrastruktur VPN mereka sendiri.

Namun, klien VPN berisi spyware yang berfungsi penuh dengan kemampuan yang memungkinkan pelaku ancaman untuk mengumpulkan dan mencuri data sensitif, termasuk log panggilan, daftar kontak, dan juga melacak aktivitas lebih lanjut dari individu yang ditargetkan.

Baca Juga: Mobile Malware Masih Mengintai di Indonesia, Tercatat 79.442 Serangan Diblokir dan Data Pribadi Jadi Target Utama

Sepanjang kuartal ketiga 2022, para aktor APT terus mengubah taktik, mengasah perangkat dan mengembangkan teknik baru mereka. Temuan yang paling signifikan meliputi:

Platform malware canggih baru yang menargetkan perusahaan telekomunikasi, ISP, dan universitas

Bersama dengan SentinelOne’, peneliti Kaspersky menganalisis platform malware canggih yang belum pernah dilihat sebelumnya yang dijuluki Metatron.

Metatron terutama menargetkan telekomunikasi, penyedia layanan internet, dan universitas di negara-negara Timur Tengah dan Afrika.

Metatron dirancang melewati solusi keamanan asli sembari menyebarkan platform malware langsung ke memori.

Peningkatan alat canggih dengan kemampuan luar biasa

Ilustrasi spyware. [Macedo_Media/Pixabay]
Ilustrasi spyware. [Macedo_Media/Pixabay]

Pakar Kaspersky mengamati Lazarus menggunakan cluster DeathNote yang menargetkan korban di Korea Selatan.

Namun, para ahli menemukan bahwa malware dan skema infeksi juga telah diperbarui.

Spionase dunia maya terus menjadi tujuan utama kampanye APT

Pada kuartal ketiga 2022, peneliti Kaspersky mendeteksi banyak kampanye APT, yang target utamanya adalah lembaga pemerintah.

Penyelidikan Kaspersky baru-baru ini
menunjukkan bahwa tahun ini, mulai Februari dan seterusnya, HotCousin telah berusaha untuk menargetkan kementerian luar negeri di Eropa, Asia, Afrika, dan Amerika Selatan.

Victor Chebyshev, peneliti keamanan utama di GReAT (Global Research & Analysis Team) Kaspersky, menuturkan bahwa seperti yang dapat kita lihat dari analisis tiga bulan terakhir, aktor APT sekarang sangat sering digunakan untuk membuat alat serangan dan mengupgrade yang lama untuk meluncurkan kampanye berbahaya baru lainnya.

Dalam serangannya, tambahnya, mereka menggunakan metode cerdas dan tak terduga: SandStrike, menyerang pengguna melalui layanan VPN, di mana itu digunakan sebagai perlindungan dan keamanan, merupakan contoh yang sangat baik.

Ilustrasi media sosial (freepik.com/natanaelginting)
Ilustrasi media sosial (freepik.com/natanaelginting)

"Saat ini mudah untuk mendistribusikan malware melalui jejaring sosial dan tetap tidak terdeteksi selama beberapa bulan atau bahkan lebih," tukas dia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI