Suara.com - Perbedaan harga yang ditetapkan reseller terhadap beberapa jenis konsol game menunjukkan variasi harga yang signifikan.
Dari survei yang dilakukan, Microsoft Xbox Seri S menjadi konsol dengan kenaikan harga yang paling tinggi di Indonesia, yaitu mencapai 95 persen.
Tidak mengherankan, mengingat toko resmi Microsoft belum tersedia di wilayah ini, sehingga konsumen harus mengandalkan reseller online untuk memenuhi permintaan mereka dari pasar lain.
Di posisi kedua, PlayStation 5 (“PS5”) mengikuti dengan kenaikan harga mencapai 38 persen untuk versi disc dan 71 persen untuk versi digital.
Baca Juga: Tidak Naikkan Harga, Nintendo Switch Berhasil Mendominasi Pasar Konsol Game
Konsol penerus PlayStation 4 (2013) ini, menjadi konsol Sony dengan antusiasme tertinggi jika dibandingkan dengan pendahulunya.
Lonjakan permintaan terhadap konsol ini masih terus berlanjut sejak produk ini dirilis hingga saat ini, bahkan pihak Sony menjelaskan bahwa situasi ini belum pernah terjadi sebelumnya.
Berbanding terbalik dengan PS5, Nintendo yang memiliki harga lebih terjangkau tersedia di platform e-commerce dengan kenaikan harga rata-rata hanya sebesar 45 persen.
Meskipun konsol ini juga masih mengalami kekurangan pasokan, tampaknya Nintendo telah melakukan pekerjaan yang lebih baik dalam memenuhi permintaan, sehingga mengurangi peluang para reseller online untuk mendapat untung.
Lalu, dengan kenaikan harga konsol game yang masih berlangsung, apakah konsol game masih terjangkau bagi masyarakat Indonesia?
Baca Juga: Industri Game Diprediksi Lesu Tahun Ini, Imbas Resesi hingga Perang Rusia
Menggunakan data rataan harga konsol game di e-commerce dan rataan gaji per tahun yang didapatkan dari World Bank, iPrice menganalisa keterjangkauan harga konsol game di Indonesia dan beberapa negara Asia Tenggara.
Hasilnya, konsol game paling terjangkau bagi masyarakat Singapura. Rata-rata masyarakat negara tersebut hanya membutuhkan 1 persen dari gaji per tahun untuk sebuah konsol game.
Nilai ini sangat kontras jika dibandingkan dengan pasar seperti Indonesia dan Vietnam, di mana konsol akan menelan biaya sekitar seperlima dan seperempat dari pendapatan tahunan mereka.
Perbedaan ini tentunya disebabkan oleh berbagai faktor termasuk penetapan harga dari produsen konsol, pasokan dan permintaan pasar, aktivitas reseller, juga tingkat pendapatan rata-rata.
Di Indonesia sendiri, rendahnya keterjangkauan konsol sebagian besar disebabkan oleh tingkat pendapatan yang lebih rendah dibandingkan dengan negara lain.
Selain itu, harga konsol yang dibanderol 57 persen lebih tinggi menjadikan Indonesia sebagai negara dengan harga konsol game termahal, terutama untuk model kelas bawah setiap brand seperti Xbox Seri S, Nintendo Switch Lite, dan PS5 Digital.
Namun, sampai permintaan dan pasokan kembali normal dan harga pasaran konsol kembali menurun mendekati harga jual resmi pun, produk-produk ini kemungkinan akan terus menjadi produk mewah yang sulit dijangkau bagi kebanyakan negara Asia Tenggara.