Suara.com - Selama paruh pertama 2022 (H1 2022), Kaspersky telah berhasil mendeteksi dan memblokir sebanyak 79.442 serangan malware yang menargetkan perangkat seluler di Indonesia (tidak termasuk adware dan riskware).
Jumlah tersebut turun 66 persen dibandingkan 232.483 deteksi pada periode yang sama tahun lalu.
Namun, masih terlalu dini untuk menganggap ancaman mobile malware tidak berbahaya.
Kaspersky melihat kemampuan penjahat siber untuk menyebarkan elemen berbahaya ini dengan menciptakan skema yang semakin beragam.
Baca Juga: Kaspersky Serukan Bangun Ketahanan Siber Rantai Pasokan TIK di Indonesia
Hal ini dibuktikan dengan temuan Kaspersky bahwa banyak aplikasi palsu yang berbeda didistribusikan melalui toko aplikasi resmi.
Tidak jarang aplikasi yang diterbitkan di toko disertai dengan peringkat yang sempurna dengan semua ulasan palsu positif yang diposting di halaman.
Selain itu, untuk enam bulan pertama 2022 saja, Indonesia berada di peringkat ke-4 secara global dalam hal ancaman seluler.
Yeo Siang Tiong, General Manager untuk Asia Tenggara di Kaspersky, menuturkan bahwa perusahaan mengungkapkan kampanye kriminal siber aktif yang menargetkan pengguna perangkat seluler di wilayah Asia Tenggara – Harly, Anubis, dan Roaming Mantis.
Menurutnya, Harly adalah Trojan Subscriber yang menargetkan pengguna di negara-negara Asia Tenggara.
Baca Juga: Waspada 16 Aplikasi Android Berisi Malware Penguras Baterai
Trojan tersebut, dia menambahkan, dapat membuat pengguna berlangganan layanan berbayar tanpa sepengetahuan mereka.
"Anubis menggabungkan Trojan mobile banking dengan fungsionalitas ransomware untuk memeras lebih banyak uang dari korbannya sementara Roaming Mantis, merupakan kelompok terkenal yang secara aktif menargetkan pengguna Android dan iOS,” jelas Yeo Siang Tiong.
Menurut dia, hal ini menunjukkan bahwa terlepas dari jenis perangkat yang kita gunakan, penjahat dunia maya dapat menginfeksi ponsel cerdas kita, kemudian mencuri semua data dan uang di dalamnya, dan bahkan mengakses atau bahkan menghapus pesan, email, foto pribadi, dan lainnya.
Dengan pekerjaan jarak jauh hibrida yang juga memungkinkan karyawan untuk mengakses email kerja melalui perangkat seluler mereka, risiko keamanan semakin meluas baik untuk individu hingga pelanggaran tingkat perusahaan.
"Hal tersebut dapat dihindari jika kita melakukan tindakan dasar seperti menginstal solusi keamanan yang sah di ponsel cerdas kita,” tambah Yeo dalam keterangan resminya, Senin (31/10/2022).