Suara.com - Direktur Pemberdayaan Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika, Bonifasius Wahyu Pudjianto mengungkapkan beberapa faktor yang menjadi tantangan penerapan teknologi metaverse di Indonesia.
"Sebelum membahas mahalnya gadget, sebenarnya infrastrukturnya sudah sampai enggak ke masyarakat Indonesia? Itu saja akan menjadi suatu challenge yang sangat-sangat luar biasa," kata Boni dalam konferensi pers di Kantor Meta di Capital Place, Jakarta, Rabu (19/10/2022).
Maka dari itu, Boni menuturkan kalau Kementerian Kominfo tengah melakukan terobosan akselerasi demi mempercepat bagaimana konektivitas itu bisa menjangkau seluruh masyarakat Indonesia.
"Misalnya kami dari Kementerian Kominfo ada BAKTI. Di situ adalah bagaimana membangun Base Transceiver Station (BTS) untuk menerima sinyal-sinyal ke handset. Tidak hanya di kota besar, karena penduduk Indonesia kan ada juga yang tinggal di wilayah terdepan, terluar dan tertinggal (3T). Nah itu pun harus kami serve," paparnya.
Baca Juga: Metaverse Mulai Ditinggalkan, Meta Indonesia: Tunggu 5- 10 Tahun Lagi
Ia mengaku kalau operator seluler tidak akan masuk ke wilayah tersebut. Sebab di sana tidak bersifat profit, bahkan biaya operasional pun dianggap tidak menutupi.
"Nah kami dari pemerintah harus hadir di tempat-tempat sulit tersebut. Saat ini ada sekitar 80.000 desa di Indonesia, tetapi yang hanya memiliki BTS sekitar 70.000. Jadi ada sekitar 12.000 desa yang belum terjangkau," imbuhnya.
"Nah itu benar-benar kami kejar. Tapi itu kan butuh anggaran yang tidak sedikit," klaim dia.
Untuk itulah solusi yang ditawarkan Kominfo adalah menyediakan Satelit Republik Indonesia (Satria). Boni menilai kalau kehadiran satelit ini bisa menjangkau setiap titik di seluruh pelosok Indonesia.
Tak hanya infrastruktur, Boni mengaku kalau tantangan penerapan metaverse di Indonesia lainnya adalah sumber daya manusia. Ia mengaku kalau hal itu juga amat penting, khususnya mengajarkan cara bagaimana orang Indonesia menggunakan internet.
Baca Juga: Teknologi Metaverse Akan Dipamerkan di KTT G20
"Tak kalah penting karena internet seperti pisau bermata dua. Jadi kami harus memberikan informasi efek negatif yang bisa ditimbulkan dan harus dihindari," jelasnya.