Ekonomi Digital bisa Redam Risiko Inflasi, Tapi Harus Perkuat Keamanan Siber

Liberty Jemadu Suara.Com
Senin, 17 Oktober 2022 | 20:42 WIB
Ekonomi Digital bisa Redam Risiko Inflasi, Tapi Harus Perkuat Keamanan Siber
Ilustrasi serangan siber (Shutterstock).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Perusahaan konsultan Grant Thornton menilai optimalisasi ekonomi digital akan mampu menjadi solusi untuk menekan risiko inflasi yang tengah merebak di dunia. Meski demikian ekonomi digital digital bisa tumbuh jika Indonesia harus beradaptasi, termasuk menjaga keamanan siber.

"Prospek pertumbuhan ekonomi digital Indonesia masih sangat menjanjikan, namun perlu ada kerja sama antara pemerintah dan pihak swasta dalam menciptakan ekosistem digital yang aman dan inklusif," kata CEO Grant Thornton Indonesia Johanna Gani seperti dilansir dari Antara, Senin (17/10/2022).

Ia mengatakan pertumbuhan ekonomi digital yang pesat sejak 2021 mengharuskan Indonesia untuk terus mempersiapkan diri dan beradaptasi, termasuk salah satunya memperkuat keamanan siber dan perlindungan data pribadi.

"Seperti yang kita tahu, banyak terjadi kasus serangan siber sepanjang tahun 2022, hal ini tentunya perlu menjadi perhatian ekstra bagi pemerintah," Johanna mengingatkan.

Baca Juga: Nilai Ekonomi Digital Bisa Capai 30 Persen PDB Indonesia di 2030

Selain itu, Johanna juga menilai perlu sosialisasi yang lebih gencar untuk meningkatkan literasi digital di masyarakat. Pasalnya, literasi digital akan dapat memainkan peran kunci dalam meningkatkan keamanan publik, meningkatkan keterlibatan masyarakat, dan memperluas akses ke layanan sektor publik.

Johanna mengatakan pengembangan ekonomi digital bisa mendorong perkembangna ekonomi dengan salah satunya memangkas rantai pasok pangan ke konsumen.

"Melalui aplikasi, para petani bisa menjajakan produk sayur mayur, buah, hingga hasil ternak langsung ke konsumen akhir," katanya.

Tidak hanya itu, masyarakat juga semakin dipermudah dengan luasnya perdagangan berbasis digital. Hal itu juga didukung pula dengan berkembangnya keuangan berbasis digital. Pertumbuhan transaksi juga semakin cepat dengan penggunaan uang elektronik dan transaksi non-tunai lebih efektif dan efisien.

Berdasarkan hasil riset dari Google, Temasek, dan Bain & Company, Gross Market Value (GMV) dari ekonomi digital Indonesia mencapai 70 miliar dolar AS pada 2021, dan menjadi yang terbesar di Asia Tenggara.

Baca Juga: UMKM Jadi Sasaran Serangan Siber Berbahaya, Indonesia Tertinggi di Asia Tenggara

Potensi ekonomi digital tersebut pun masih akan terus tumbuh lantaran menurut laporan Google, Temasek, dan Bain & Company, tingkat pertumbuhan majemuk (Compound Annual Growth Rate/CAGR) dari ekonomi digital Indonesia sebesar 20 persen, sehingga GMV-nya akan menjadi 146 miliar dolar AS pada 2025.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI