Dilema Perusahaan Teknologi, Cegah Kebocoran Data dengan Hancurkan Hard Disk tapi Berdampak pada Lingkungan

Dythia Novianty Suara.Com
Selasa, 11 Oktober 2022 | 05:00 WIB
Dilema Perusahaan Teknologi, Cegah Kebocoran Data dengan Hancurkan Hard Disk tapi Berdampak pada Lingkungan
Ilustrasi hard disk (Shutterstock).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sebuah laporan baru dari Financial Times mengungkapkan bahwa prosedur standar saat ini untuk perusahaan teknologi adalah menghancurkan server dan hard disk drive (HDD), setiap beberapa tahun.

Mereka tidak lagi menghapus data pada drive dan menjualnya kembali.

Laporan tersebut menguraikan kerusakan planet sebagai akibat dari praktik ini.

Perusahaan teknologi seperti Amazon, Microsoft, dan Google meningkatkan perangkat keras penyimpanan mereka setiap empat atau lima tahun.

Baca Juga: Disebut Menutupi Kebocoran Data 2016, Mantan Kepala Keamanan Uber Dinyatakan Bersalah

Bersama dengan bank, departemen kepolisian, dan lembaga pemerintah, mereka menghancurkan sekitar puluhan juta perangkat penyimpanan setiap tahun.

Ini karena paparan data yang kecil dapat memiliki konsekuensi hukum yang cukup serius.

Ilustrasi kebocoran data. [Pexel/Anete Lusina]
Ilustrasi kebocoran data. [Pexel/Anete Lusina]

Bulan lalu, Komisi Sekuritas dan Bursa AS mendenda Morgan Stanley 35 juta Dolar AS karena melelang ribuan hard drive, mengungkap data jutaan pelanggan.

Tidak ada indikasi bahwa ada pelanggan yang menderita akibat kebocoran tersebut.

Namun, banyak perusahaan, terutama yang mengoperasikan layanan cloud, pasti tidak menginginkan situasi serupa.

Baca Juga: Ribuan Data Pelanggan Bocor, Toyota Beri Peringatan Email Scam

Beberapa orang mungkin berpikir bahwa membuang perangkat keras usang dan meningkatkan ke perangkat keras baru baik untuk lingkungan.

Namun, sebaliknya mungkin benar. Upgrade ke perangkat keras yang lebih baru, lebih hemat energi dan memiliki jejak karbon yang lebih rendah.

Namun, jejak karbon dari sebagian besar produk teknologi berasal dari manufaktur, bukan operasi.

Perangkat keras yang dihancurkan memiliki sekitar 70 persen bahan komponennya yang didaur ulang.

Namun, prosesnya pada dasarnya membuang emisi dari saat perangkat keras awalnya diproduksi.

Menggunakan kembali bahan-bahan ini berarti mengulangi bagian yang paling memancarkan jejak karbon perangkat keras.

Ilustrasi Dampak Perubahan Iklim. (Freepik.com/vhotomax)
Ilustrasi Dampak Perubahan Iklim. (Freepik.com/vhotomax)

Lebih buruk lagi, material lain yang hilang, seperti logam tanah jarang, harus ditambang ulang.

Dilansir laman Gizchina, Selasa (11/10/2022), langkah ini berpotensi menghasilkan penggunaan "mineral kontroversial".

Perusahaan teknologi mungkin berpikir penghancuran adalah satu-satunya cara untuk menjaga keamanan data.

Namun, para ahli melihatnya sebagai opsi ekstrem yang tidak perlu. Banyak hard drive dan server dapat bertahan selama bertahun-tahun atau bahkan puluhan tahun.

Selain itu, risiko pelaku jahat memulihkan data dari perangkat penyimpanan bekas mungkin minimal.

Google dan Microsoft mengatakan, mereka telah mulai menggunakan beberapa server yang diperbaharui.

Tapi prosedur standar mereka untuk menangani hard drive masih dengan perusakan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI