Suara.com - Sejumlah pelanggaran dan kebocoran data besar telah terjadi di Indonesia, dalam beberapa bulan terakhir.
Data Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) memperkirakan 714.170.967 serangan siber akan terjadi di tanah air sepanjang 2022.
Serangan siber dapat mengakibatkan kebocoran data yang dapat mengancam bisnis dan perusahan di berbagai industri.
Ancaman siber dapat menyebabkan kerugian finansial yang berkelanjutan apabila tidak ditanggulangi.
Sandiman Muda Badan Direktorat Keamanan Siber & Sandi Industri BSSN, Ricky Aji mengatakan, pelaku ancaman siber sudah melakukan pergeseran dari menyerang infrastruktur siber menjadi menyerang langsung ke end-user atau pengguna.
"Terutama pengguna yang kurang memiliki wawasan keamanan siber. Maka dari itu penting untuk meningkatkan wawasan keamanan siber bagi masyarakat," kata Ricky dalam keterangan resmi yang diterima, Jumat (7/10/2022).
![Kantor BSSN di Depok, Jawa Barat. [Antara]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2022/09/15/29907-bssn.jpg)
Menurut dia, pain points dalam mengungkap serangan siber adalah atribusi. Maka itulah sangat jarang untuk dibawa ke pengadilan.
"Karena memang sulit untuk menemukan siapa yang melakukan dan di mana dia melakukannya. Oleh karena itu proses atribusi ini tidak mudah dan cukup memakan waktu," ucap Ricky.
Regional Director Southeast Asia Menlo Security, CK Mah menyatakan, hampir semua orang Indonesia melakukan transaksi melalui internet, dari handphone, laptop, dan lainnya.
Baca Juga: Seberapa Berisiko Mantan Karyawan terhadap Kebocoran Data Perusahaan?
Hal itu memerlukan infrastruktur yang baik untuk menjaga transaksi secara online dengan aman.