Suara.com - Departemen Keamanan Dalam Negeri Amerika Serikat (AS) menyalurkan dana hibah sebesar 700.000 Dolar AS atau sekitar Rp 10,6 miliar, ke para peneliti terorisme dan keamanan demi menyelidiki radikalisasi lewat video game.
Dana ini disalurkan ke lembaga Center on Terrorism, Extremism, and Counterterrorism (CTEC) Middlebury Institute dan organisasi nirlaba Take This.
Menurut regulator AS, video game semakin menjadi titik fokus aktivitas sosial dan penciptaan identitas bagi remaja dan dewasa muda selama satu dekade terakhir.
"Hubungan yang dibuat dan dipupuk dalam ekosistem game secara rutin mempengaruhi ke dunia nyata, sekaligus berdampak pada ke komunitas di sekitarnya," kata pemerintah AS, dikutip dari IGN, Kamis (29/9/2022).
Baca Juga: Daftar Game Hadir di Xbox Game Pass Sepanjang September 2022
Sejalan dengan itu, para ekstremis kerap menggunakan video game dan menargetkan komunitas pemain untuk kegiatan seperti propaganda, mobilisasi, hingga pelatihan teroris.
Proyek ini ditujukan demi memantau dan mengevaluasi aktivitas ekstremis. Hal itu juga mencakup serangkaian workshop untuk pemantauan, deteksi, dan pencegahan eksploitasi ekstremis di dalam permainan.
Workshop itu ditujukan untuk manajer komunitas, desainer multiplayer, pengembang, desainer multiplayer, lore developer, desainer mekanik, hingga ahli trust dan safety.
Upaya ini dilakukan setelah penembakan massal bermotif rasis di Buffalo, New York, AS, yang disiarkan di Twitch dan menyebabkan 10 orang tewas dan tiga lainnya terluka.