Suara.com - Komite Keselamatan Jurnalis (KKJ) menilai, peretasan yang menyasar jurnalis Narasi mengancam kebebasan pers yang dijamin oleh Undang-undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers.
Diwartakan sebelumnya puluhan jurnalis dan pekerja Narasi, media yang didirkan oleh Najwa Shihab menjadi korban peretasan. Akun WhatsApp, Telegram dan Instagram mereka dirampas oleh peretas.
"Serangan-serangan seperti ini, dan kegagalan aparat penegak hukum untuk menemukan pelaku maupun mencegahnya berulang, merupakan bentuk pembungkaman kebebasan pers," kata Koordinator KKJ, Erick Tanjung dalam siaran persnya, Senin (26/9/2022).
Peretasan ini diketahui terjadi sejak 24 September akhir pekan kemarin. Saat itu, nomor Whatsapp milik Akbar Wijaya, salah seorang produser Narasi menerima pesan singkat berisi sejumlah tautan. Setelah membaca pesan tersebut, Akbar kehilangan kendali atas akun Whatsappnya dan nomor teleponnya.
Baca Juga: Bentuk Pembungkaman Jurnalis, Siapa Aktor di Balik Aksi Peretasan di Narasi Najwa Shihab?
Erick menegaskan, serangan semacam itu selalu terjadi saat jurnalis atau media menunjukkan sikap kritis terhadap tindakan atau kebijakan pihak yang berkuasa. Jika terus dibiarkan, serangan semacam itu tentu akan membuat jurnalis atau media berpikir dua kali saat melaporkan berita yang kritis atau sensitif.
"Ini juga akan mengurangi akses masyarakat terhadap informasi yang penting dan meminta akuntabilitas terhadap pihak yang berkuasa," papar Erick.
Terkait hal itu, KKJ mendesak pemerintah secara terbuka menyatakan dan mengakui bahwa serangan, ancaman, pelecehan, dan intimidasi terhadap masyarakat sipil, termasuk jurnalis merupakan pelanggaran HAM yang serius.
Selain itu, KKJ mendesak aparat penegak hukum segera melakukan penyelidikan dan penyidikan dengan segera secara efektif, menyeluruh dan independen terhadap kasus peretasan. Tidak hanya itu, aparat juga harus mengadili pelaku dengan seadil-adilnya.
KKJ juga meminta semua pihak untuk menghormati kebebasan pers dan kebebasan berekspresi.
Baca Juga: Peretasan Jurnalis Narasi, Pengamat Duga Kode OTP Dirampas
Sebelumnya, Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia, Sasmito Madrim mendesak Polri untuk menyelidiki siapa pelaku di balik penyerangan akun WhatsApp dan media sosial milik sejumlah kru Narasi. Menurut dia, peretasan tersebut tidak boleh dibiarkan.
"Kepolisian harus melakukan penyelidikan dan penyidikan secara tuntas kasus peretasan terhadap sekitar 24 awak redaksi Narasi. Pembiaran atas serangan kepada jurnalis dan perusahaan, akan semakin menguatkan pemerintah memiliki keterkaitan dengan serangan ini," kata Sasmito.
Menurut Sasmito, Polri bisa langsung bergerak untuk mencari pelaku peretasan tanpa adanya pelaporan. Apalagi, ia meyakini kalau Polri bisa mencari pelaku peretasan secara cepat apabila melihat kinerja aparat penegak hukum sebelumnya.