Suara.com - Meta pada pekan ini mengungkap hasil penyelidikan internal terkait moderasi konten di Facebook dan Instagram saat terjadinya bentrokan antara Israel dan Palestina di Gaza pada Mei 2021 lalu.
Hasil penyelidikan itu menyebutkan bahwa Meta, lewat Facebook dan Instagram, secara sistematis melanggar hak asasi warga Palestina, khususnya hak kebebasan berpendapat. Penyelidikan itu digelar oleh Business for Social Responsibility (BSR), sebuah lembaga yang berbasis di Amerika Serikat.
"Tindakan Meta pada Mei 2021 telah melanggar hak asasi pengguna Palestina untuk menyatakan pendapat, berkumpul, berpartisipasi secara politik serta melanggar asas non-diskriminasi, dan karenanya menghalangi mereka untuk menyebarkan informasi tentang apa yang mereka alami ketika itu," tulis BSR dalam laporannya seperti dilansir dari Engadget, Kamis (22/9/2022).
Laporan itu juga menemukan adanya tindakan yang lebih keras terhadap konten-konten berbahasa Arab di Facebook di periode Mei 2021 itu.
Baca Juga: Dianggap Pejuang, Nama Wartawati Al Jazeera Shireen Abu Akleh Jadi Nama Jalan di Palestina
Selain itu juga ditemukan bahwa Facebook lebih proaktif mendeteksi pelanggaran dari konten-konten berbahasa Arab ketimbang konten-konten berbahasa Ibrani.
Uniknya ditemukan bahwa Meta rupanya alat khusus untuk mendeteksi konten kekerasan berbahasa Arab, tetapi tak memiliki alat yang sama untuk mendeteksi konten serupa dalam bahasa Ibrani.
Selain itu sistem dan para moderator Facebook juga kurang akurat saat memahami bahasa Arab Palestina. Alhasil banyak pengguna Facebook Palestina yang terkena sanksi strike, meski mereka tak melakukan pelanggaran.
Penyelidikan ini digelar setelah Meta dituding menyensor secara sepihak konten-konten warga Palestina di Facebook dan Instagram. Termasuk dalam konten yang disensor dan dihapus adalah aksi kekerasan polisi serta militer Israel terhadap pengunjuk rasa Palestina.
Laporan dan penyelidikan itu dilakukan atas rekomendasi Dewan Pengawas Facebook pada tahun lalu.
Baca Juga: Habib Rizieq Masuk Daftar Hitam, Ini Kata Facebook Indonesia
Menanggapi laporan tersebut, Meta mengatakan akan memperbarui sejumlah kebijakannya termasuk di antaranya beberapa aspek dalam kebijakan Organisasi dan Individu Berbahaya (DOI).
DOI sendiri berisi daftar individu dan organisasi yang menurut Facebook berbahaya, termasuk tokoh atau orang yang dinilai sebagai teroris atau ekstremis. Beberapa organisasi dan tokoh di Indonesia ada yang masuk dalam daftar ini.
Meta juga berjanji akan menggelar eksperimen untuk mengembangkan dan lebih memahami dialek-dialek Bahasa Arab dari berbagai wilayah.