6 Tips Keamanan Siber untuk PSE, Ancaman Kebocoran Data Meningkat

Dythia Novianty Suara.Com
Rabu, 21 September 2022 | 13:46 WIB
6 Tips Keamanan Siber untuk PSE, Ancaman Kebocoran Data Meningkat
Ilustrasi perlindungan data pribadi. [Pexel/Pixabay]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Ketika data sudah menjadi sebuah aset bernilai, tidak heran banyak serangan digital yang menyasar data dari lembaga atau perusahaan PSE.

Dapat dilihat dari rentetan insiden seperti dugaan kebocoran 1,3 miliar data registrasi SIM Card baru-baru ini, data bank pada Januari 2022.

Selain itu, catatan medis pasien di sejumlah rumah sakit, dokumen penting milik 21 ribu perusahaan Indonesia dan perusahaan asing yang memiliki cabang di Indonesia, hingga 26 juta data riwayat browsing pengguna salah satu provider internet.

Pakar keamanan siber dan Presiden Direktur ITSEC Asia, Andri Hutama Putra memaparkan  bahwa ancaman peningkatan kebocoran data perlu diwaspadai oleh para Penyelenggara Sistem Elektronik / PSE.

Baca Juga: Hadirnya UU PDP Disebut Belum Tentu Kurangi Aksi Kebocoran Data di Indonesia

Terutama, untuk lembaga atau perusahaan yang menyimpan data pribadi masyarakat.

“Serangan siber dan kebocoran data dapat berdampak luas mulai dari kerugian operasional atau finansial dari PSE itu sendiri, dan juga potensi kejahatan digital bagi pengguna yang terdampak dari kebocoran data pribadi mereka,” jelas Andri.

Ilustrasi data pribadi. [Shutterstock]
Ilustrasi data pribadi. [Shutterstock]

Andri juga menjelaskan lebih lanjut bahwa lembaga atau perusahaan PSE perlu membekali diri dengan infrastruktur keamanan siber untuk memproteksi dari ancaman serangan.

Mulai dari membentuk tim keamanan siber atau bermitra dengan penyedia layanan keamanan siber.

Juga, menerapkan berbagai SOP dan langkah perlindungan pada jaringan dan aplikasi yang ada.

Baca Juga: UU PDP Resmi Disahkan, Lembaga PDP Kuat dan Independen Harus Segera Dibentuk

Perlu adanya IT Security Roadmap yang jelas, terarah, dan berkomitmen yang meliputi people, process, dan technology.

IT Security Roadmap dapat menjadi panduan dari manajemen dalam meningkatkan security maturity level dan literasi keamanan digital secara internal.

Namun, hal ini juga perlu didukung dengan teknik-teknik yang wajib dilakukan secara rutin oleh PSE untuk menjamin bahwa aplikasi dan infrastruktur yang dimiliki aman.

Berikut beberapa teknik untuk lembaga atau perusahaan PSE meningkatkan infrastruktur keamanan siber:

1. Lakukan Penetration Testing

Penetration Testing atau Pentest dilakukan dengan cara simulasi serangan kepada aplikasi atau jaringan untuk menemukan celah keamanan, sebagai evaluasi untuk memperbaiki tingkat keamanan.

Ilustrasi perlindungan data pribadi. [Shutterstock]
Ilustrasi perlindungan data pribadi. [Shutterstock]

Lakukan Pentest untuk aplikasi sebelum launching ke publik, aplikasi perubahan, dan untuk aplikasi kritikal perlu dilakukan Pentest rutin setiap tahun.

Pentest wajib dilakukan dan hasil temuan celah keamanan harus ditutup.

2. Red Teaming

Simulasi serangan yang lebih komprehensif dilakukan melalui Red Teaming.

Lebih dari sekedar mengetes jaringan atau aplikasi, Red Teaming melakukan simulasi serangan yang menyeluruh dan mendalam pada infrastruktur internal meliputi people, process, dan technology.

Red Teaming bertujuan melatih kemampuan organisasi dan tim internal (blue team) dalam mendeteksi, merespon, dan mencegah serangan.

3. Membentuk Security Operation Center (SOC) untuk monitoring aplikasi critical

SOC diperlukan sebagai Blue Team atau tim pertahanan untuk memantau secara ketat 24/7 nonstop, pada sistem aplikasi yang krusial.

Langkah ini untuk meningkatkan visibilitas keamanan, mempersingkat waktu deteksi dan respon terhadap aktivitas serangan, dan membantu memperhitungkan resiko dari ancaman siber.

Use case atau skenario-skenario pertahanan juga perlu selalu diperbaharui.

Ilustrasi keamanan siber. [Envato]
Ilustrasi keamanan siber. [Envato]

4. Lakukan Patching dan Hardening

Update patch penting dilakukan untuk memperbaiki bug/error dan menutup celah keamanan.

Hardening memberikan langkah lebih lanjut untuk memperkuat sistem keamanan yang meliputi network, server, application, database, dan operating system.

5. Buat perencanaan dan tim Incident Response

Mengembangkan sebuah Incident Response Plan, yaitu panduan atau prosedur bagi lembaga atau perusahaan untuk mendeteksi dan menangani insiden serangan atau pelanggaran data.

Perencanaan juga perlu meliputi pembentukan tim respon insiden dapat mengkoordinasikan sumber daya, yang ada untuk mengeliminasi ancaman dan meminimalisir kerusakan atau kerugian dari sebuah insiden serangan.

6. Terapkan Komitmen Manajemen

Selain pembuatan SOP keamanan informasi, dalam proses pengelolaanya perlu ada komitmen dari seluruh manajemen organisasi.

Mulai dari level atas sampai yang terendah perlu pemahaman untuk melindungi data, bukan terbatas pada departemen IT saja.

Ilustrasi keamanan siber. [Gerd Altmann/Pixabay]
Ilustrasi keamanan siber. [Gerd Altmann/Pixabay]

Komitmen keamanan informasi ini juga perlu dijalankan berkelanjutan dalam berbagai implementasi yang meliputi pembaharuan SOP, audit berkala, peningkatan software dan hardware, dan juga pengembangan terampilan.

"Pemahaman lebih luas juga diperlukan saat ini, bagi pemerintah untuk meregulasi dan menerapkan standart kepatuhan, PSE sebagai sebuah panduan kewajiban pengelolaan, dan masyarakat sebagai pengguna juga jika paham akan menjadi sebuah tuntutan permintaan dalam menggunakan layanan,” tutup Andri.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI