Ilmuwan Percaya Ini Adalah Jantung Tertua di Temukan di Fosil Ikan

Dythia Novianty Suara.Com
Minggu, 18 September 2022 | 07:14 WIB
Ilmuwan Percaya Ini Adalah Jantung Tertua di Temukan di Fosil Ikan
Ilustrasi arkeolog. [Hulki Okan Tabak/Unsplash]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Organ itu berasal dari fosil ikan berahang yang berenang di perairan antara 419 juta dan 359 juta tahun lalu.

Di samping jantung yang 'terpelihara dengan indah', para peneliti juga menemukan perut, usus, dan hati yang terpisah.

Menurut para ilmuwan, temuan yang dipublikasikan dalam jurnal Science, menunjukkan bahwa organ tersebut berasal dari tubuh ikan dari keluarga arthrodire, kelompok ikan lapis baja yang telah punah yang memiliki anatomi mirip dengan hiu modern.

Harapannya adalah penemuan itu bisa menjelaskan bagaimana makhluk, termasuk manusia, berevolusi.

Peneliti utama Profesor Kate Trinajstic, dari Curtin University di Australia, menggambarkan temuan mereka sebagai 'luar biasa' karena sangat jarang menemukan jaringan lunak spesies purba yang terawetkan dengan baik.

"Sebagai ahli paleontologi yang telah mempelajari fosil selama lebih dari 20 tahun, saya benar-benar kagum menemukan jantung 3D dan terawetkan dengan indah pada leluhur berusia 380 juta tahun," ujar Prof Trinajstic.

Jantung paling tua ditemukan ilmuwan. [Curtin.edu.au]
Jantung paling tua ditemukan ilmuwan. [Curtin.edu.au]

Menurutnya, evolusi sering dianggap sebagai serangkaian langkah kecil, tetapi fosil kuno ini menunjukkan ada lompatan yang lebih besar antara vertebrata yang tidak berahang dan berahang.

"Ikan-ikan ini benar-benar memiliki hati di mulut dan di bawah insang mereka," kata dia dilansir laman Metro.uk, Minggu (18/9/2022).

Berdasarkan apa yang mereka temukan, para peneliti membuat model 3D dari ikan berahang, yang menunjukkan jantung terdiri dari dua ruang, dengan yang lebih kecil duduk di atas.

Baca Juga: Ilmuwan Identifikasi Penyakit Parasit Bunuh Burung Finch

Prof Trinajstic mengatakan, temuan mereka menawarkan 'jendela unik' tentang bagaimana daerah kepala dan leher mulai berevolusi untuk mengakomodasi rahang.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI