Suara.com - Kasus peretasan yang dilakukan Bjorka membuat banyak pihak mulai berhati-hati dengan peretasan. Di dunia maya, peretasan yang sering terjadi kebanyakan dapat merugikan berbagai pihak.
Biasanya, motif peretas berkenaan dengan aspek ekonomi ataupun politik. Hal ini menyebabkan peretasan sering terjadi ketika ada acara atau event besar kenegaraan atau yang berkaitan dengan suatu instansi, walau tak jarang peretasan juga terjadi para perorangan atau individu.
Lalu, apa saja jenis jenis peretasan yang sering terjadi? Simak selengkapnya.
1. Phising
Baca Juga: Melempem, Hacker Bjorka Minta Tito Karnavian Bersuara: Karena Ferdy Sambo Orangmu
Kegiatan "memancing" korban untuk dilakukan peretasan dengan cara berpura pura menjadi pihak berwenang sering disebut sebagai phising. Kegiatan phising ini sering terjadi kepada para pencari kerja yang tiba-tiba mendapat email dari orang lain yang berpura-pura menjadi pihak perusahaan.
Biasanya, teknik phising ini dilakukan untuk mengelabui orang lain dan mendapatkan keuntungan secara ekonomi.
2. Doxing
Doxing ini adalah teknik yang digunakan oleh Bjorka, yaitu peretasan dengan menyebarluaskan data atau informasi pribadi demi mendapatkan "atensi". Tak jarang, pelaku doxing ini juga sengaja melakukan teknik ini demi mengancam individu atau suatu kelompok yang dianggap musuh.
Teknik doxing ini bukan hanya upaya mengancam suatu individu atau instansi, namun juga dengan sengaja menjatuhkan nama mereka demi keuntungan pribadi atau kelompok.
Baca Juga: Data Pribadinya Diobok-obok Hacker Bjorka, Puan Maharani: Audit Keamanan Siber Wajib Dilakukan
3. Masking
Teknik masking ini biasanya dilakukan dengan cara berpura-pura menjadi seseorang yang mendapatkan otoritas mengakses sebuah jaringan.
Biasanya, penyusup menggunakan teknik masking ini akan bertindak seolah-olah memiliki akses bebas di jaringan tersebut dengan memanipulasi protokol yang ada di dalam jaringan..
4. Ransomware
Ransomware ini seringkali menyerang instansi besar karena berbentuk suatu pemerasan massal yang merugikan banyak orang. Tak jarang, pelaku peretasan ransomware ini sengaja mematok harga tinggi untuk "tebusan" kepada pihak yang dituju. Pesan pemerasan ini biasanya sengaja dimunculkan disuatu sistem agar diketahui oleh orang banyak.
Social engineering ini dapat terjadi di dunia nyata maupun dunia maya. Hal ini biasanya terjadi ketika ada dua belah pihak atau lebih yang memiliki tujuan masing-masing, namun ada suatu keuntungan yang diinginkan oleh salah satu pihak.
Peretasan jenis ini ialah dengan mencoba menggali informasi dari pihak lain dengan cara meyakinkan pihak tersebut bahwa mereka setuju dengan pendapat mereka atau "bersekutu" dengan mereka.
Teknik social engineering ini sering digunakan di dalam diskusi suatu perusahaan untuk mendapatkan data sensitif dari divisi atau departemen tertentu. Peretasan ini tak hanya melalui media elektronik, namun juga bisa dilakukan secara langsung dengan metode yang sama.
6. Hijacking
Pembajakan atau hijacking ini sempat menjadi "tren" di tahun 2010-an dimana teknologi ponsel mulai berkembang di Indonesia. Namun, kini hijacking menjadi salah satu metode peretasan yang paling sering terjadi, terutama pada suatu sistem informasi yang lemah keamanan. Pembajakan ini biasanya dilakukan demi mendapatkan informasi penting dari suatu pihak dan mengambil data tersebut untuk keuntungan individu atau kelompok.
Kontributor : Dea Nabila