Konglomerat Taiwan Danai Pelatihan Militer Jutaan Warga Sipil, Antisipasi Invasi China

Liberty Jemadu Suara.Com
Jum'at, 02 September 2022 | 16:13 WIB
Konglomerat Taiwan Danai Pelatihan Militer Jutaan Warga Sipil, Antisipasi Invasi China
Robert Tsao, pendiri perusahaan teknologi terkemuka Taiwan, pada Kamis (1/9/2022) mengumumkan akan mengucurkan uang pribadinya untuk menggelar pelatihan militer bagi 3,3 juta warga sipil. Bersiap hadapi invasi China. [AFP/Sam Yeh]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Seorang konglomerat Taiwan pada pekan ini mengumumkan rencananya untuk memberikan pelatihan militer bagi 3,3 juta warga sipil, demi mempersiapkan diri atas ancaman invasi China.

Robert Tsao, pengusaha Taiwan yang dikenal sebagai pendiri United Microelectronics Corp, perusahaan yang memproduksi mikrocip, mengatakan akan menggunakan uang pribadinya untuk mendanai pelatihan militer itu.

Dalam jumpa pers pada Kamis (1/9/2022), Tsao yang kini berusia 75 tahun mengatakan ancaman dari Partai Komunis China terhadap Taiwan semakin besar. Ia, yang mengenakan rompi anti peluru dan helm militer, mengatakan akan melatih 3 juta orang dalam tiga tahun.

Pelatihan militer itu akan digelar dengan menggandeng Kuma Academy, organisasi pertahanan sipil Taiwan. Sekitar 60 persen dari dana yang dikucurkan Tsao akan digunakan untuk melatih pasukan pejuang, sementara 40 persennya lagi akan digunakan untuk melatih 300.000 orang cara menembak.

Baca Juga: China Dituduh Lakukan Pelanggaran HAM Serius Atas Etnik Uighur di Xinjiang

"Jika berhasil menahan ambisi China, kita tidak saja bisa mempertahankan tanah air tetapi juga berkontribusi terhadap situasi serta perkembangan peradaban," kata Tsao seperti dilansir dari The Guardian.

Tsao sendiri adalah sosok yang kontroversial. Ia tadinya dikenal sebagai tokoh yang memperjuangkan unifikasi Taiwan dengan Tiongkok. Ia juga pernah melepaskan kewarganegaraan Taiwan sebagai bentuk protes saat Taipe menginvestigasi perusahaannya.

Tetapi dalam wawancara dengan Radio Free Asia ia mengaku berubah pikiran setelah melihat tindakan keras Beijing saat meredam aksi prodemokrasi di Hong Kong.

Pada Kamis kemarin, ia juga mengumumkan kembali menjadi warga Taiwan dan melepas kewarganegaraan Singapura yang sebelumnya ia miliki.

Kuma Academy sendiri dibangun pada 2021. Organisasi ini berdiri untuk menampung keinginan warga sipil Taiwan yang ingin mempelajari teknik perang gerilya dan pertahanan diri.

Baca Juga: Xiaomi Buka Suara soal Masalah Keamanan pada HP China Bercip Mediatek

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI