Suara.com - Asia Pasifik (APAC) menerima setidaknya 24 persen dari email spam dari email spam global berbahaya.
Temuan ini diungkap salah satu peneliti elit Kaspersky, Noushin Shabab dan berhasil terdeteksi dan diblokir oleh solusi Kaspersky.
Ini berarti satu dari empat pesan elektronik sampah dikirimkan kepada pengguna komputer di Asia Pasifik.
Spam berbahaya bukanlah serangan yang kompleks secara teknologi, tetapi bila dilakukan dengan teknik rekayasa sosial yang canggih.
Hal itu menimbulkan ancaman besar bagi individu dan perusahaan. Email sampah ini dikirim dalam jumlah massal oleh spammer dan para penjahat dunia maya.
Berikut beberapa tujuan dari penyebaran email sampah yang dikirim spammer dan para penjahat dunia maya:
![Penyebaran email spam di Asia Pasific. [Kaspersky]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2022/09/01/56549-penyebaran-email-spam.jpg)
- Menghasilkan uang dari sebagian kecil penerima yang benar-benar menanggapi pesan
- Menjalankan penipuan phishing – untuk mendapatkan kata sandi, nomor kartu kredit, detail rekening bank, dan data penting lainnya.
- Menyebarkan kode berbahaya ke komputer penerima
Pada 2022, lebih dari setengah (61,1 persen) spam berbahaya yang terdeteksi di wilayah tersebut menargetkan pengguna Kaspersky dari Vietnam, Malaysia, Jepang, Indonesia, dan Taiwan.
Shabab mengutip tiga faktor utama yang menyebabkan sebagian besar email spam yang menargetkan Asia Pasifik, yaitu karena populasi, adopsi layanan elektronik yang tinggi, dan penguncian social di masa pandemi.
Wilayah Asia Pasifik memiliki hampir 60 persen populasi dunia dan ini berarti ada lebih banyak calon korban scammers di sini dibandingkan dengan bagian lain dunia.
Baca Juga: RUU PDP Disahkan, Pemerintah dan Swasta Akan Tingkatkan Anggaran Keamanan Siber
Penggunaan layanan online yang ekstensif seperti belanja online dan platform online lainnya untuk aktivitas sehari-hari di sini juga membuat individu lebih rentan menjadi korban penipuan.