Penelitian: Asia Pasifik Menyumbang Seperempat dari Email Berbahaya Global pada 2022

Dythia Novianty Suara.Com
Kamis, 01 September 2022 | 17:50 WIB
Penelitian: Asia Pasifik Menyumbang Seperempat dari Email Berbahaya Global pada 2022
Ilustrasi email spam. [Antara]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Asia Pasifik (APAC) menerima setidaknya 24 persen dari email spam dari email spam global berbahaya.

Temuan ini diungkap salah satu peneliti elit Kaspersky, Noushin Shabab dan berhasil terdeteksi dan diblokir oleh solusi Kaspersky.

Ini berarti satu dari empat pesan elektronik sampah dikirimkan kepada pengguna komputer di Asia Pasifik.

Spam berbahaya bukanlah serangan yang kompleks secara teknologi, tetapi bila dilakukan dengan teknik rekayasa sosial yang canggih.

Baca Juga: RUU PDP Disahkan, Pemerintah dan Swasta Akan Tingkatkan Anggaran Keamanan Siber

Hal itu menimbulkan ancaman besar bagi individu dan perusahaan. Email sampah ini dikirim dalam jumlah massal oleh spammer dan para penjahat dunia maya.

Berikut beberapa tujuan dari penyebaran email sampah yang dikirim spammer dan para penjahat dunia maya:

Penyebaran email spam di Asia Pasific. [Kaspersky]
Penyebaran email spam di Asia Pasific. [Kaspersky]
  • Menghasilkan uang dari sebagian kecil penerima yang benar-benar menanggapi pesan
  • Menjalankan penipuan phishing – untuk mendapatkan kata sandi, nomor kartu kredit, detail rekening bank, dan data penting lainnya.
  • Menyebarkan kode berbahaya ke komputer penerima

Pada 2022, lebih dari setengah (61,1 persen) spam berbahaya yang terdeteksi di wilayah tersebut menargetkan pengguna Kaspersky dari Vietnam, Malaysia, Jepang, Indonesia, dan Taiwan.

Shabab mengutip tiga faktor utama yang menyebabkan sebagian besar email spam yang menargetkan Asia Pasifik, yaitu karena populasi, adopsi layanan elektronik yang tinggi, dan penguncian social di masa pandemi.

Wilayah Asia Pasifik memiliki hampir 60 persen populasi dunia dan ini berarti ada lebih banyak calon korban scammers di sini dibandingkan dengan bagian lain dunia.

Baca Juga: Kaspersky: SDM Termasuk Faktor Terpenting untuk Perkuat Keamanan Siber Indonesia

Penggunaan layanan online yang ekstensif seperti belanja online dan platform online lainnya untuk aktivitas sehari-hari di sini juga membuat individu lebih rentan menjadi korban penipuan.

Ada juga dampak pandemi yang berkepanjangan, menyebabkan penguncian dan pengaturan kerja dari rumah di wilayah tempat orang membawa pulang perangkat kerja mereka.

Jaringan rumah biasanya kurang terlindungi dari serangan siber.

“Sejak 2018, jumlah email spam berbahaya yang terdeteksi oleh solusi kami telah mengalami penurunan bertahap setelah mencapai puncaknya pada 2019," ungkap Shabab, Peneliti Keamanan Senior untuk Tim Riset dan Analisis Global (GReAT) di Kaspersky.

Namun, dia menambahkan, hal ini tidak membuat kotak surat elektronik lebih bersih dan aman.

Ilustrasi peretas sedang melancarkan serangan siber. [Shutterstock]
Ilustrasi peretas sedang melancarkan serangan siber. [Shutterstock]

"Pemantauan terus-menerus yang kami lakukan terhadap Advanced Persistent Threats (APTs) saat ini dan yang baru yang beroperasi di Asia Pasifik menunjukkan bahwa sebagian besar pelaku ancaman terkenal menggunakan phishing bertarget yang disebut spearphishing untuk membobol sistem organisasi,” tukasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI