Mengingat bahan kimia dan elemen yang berbeda menyerap cahaya inframerah pada frekuensi yang berbeda, pola penyerapan dapat memberi tahu para ilmuwan tentang objek yang jauh tersebut.
JWST bukanlah teleskop pemburu planet ekstrasurya seperti Transiting Exoplanet Survey Satellite (TESS).
Namun, dengan bantuan optiknya yang kuat dan spektrometer inframerah, JWST dapat mengintip lebih dalam ke planet ekstrasurya yang sudah dikenal.
Selain itu, mengukur penyaringan cahaya bintang melalui atmosfer planet untuk menemukan senyawa apa yang ada di atmosfer serta berapa banyak senyawa tersebut di sana.
Ketika lima pengamatan pertama JWST yang dirilis ke publik pada 12 Juli, salah satu pengamatan tersebut mencakup spektrum planet ekstrasurya Wasp 29 b.
![Wasp 29 b. [NASA]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2022/08/29/28417-wasp-29-b.jpg)
Hasil terbaru dari studi lebih lanjut mengungkap bahwa spektrum planet ekstrasurya itu menunjukkan keberadaan karbon dioksida yang kuat di atmosfer planet untuk pertama kalinya.
Penemuan tersebut menarik para ilmuwan pada kemungkinan apa yang mungkin dapat diungkap JWST di masa depan mengenai planet ekstrasurya lainnya.