Suara.com - Pengeluaran atau ongkos keamanan siber global akan mencapai 460 miliar dolar Amerika Serikat - atau sekitar Rp 6.800 triliun- dalam beberapa tahun ke depan, atau naik hampir dua kali lipat dari tahun 2021.
Direktur Tim Riset dan Analisis Global Asia Pasifik Kaspersky, Vitaly Kamluk, mengatakan bahwa proyeksi ongkos keamanan siber bahkan bisa lebih tinggi jika melihat kondisi dunia saat ini lebih jeli lagi.
Meski demikian, ia melanjutkan, hidup tanpa keamanan siber di tengah dunia yang semakin digital- meski bisa diwujudkan- justru akan membawa kesengsaraan.
"Wajar saja muncul pertanyaan, mengapa kita berinvestasi sangat besar untuk kemanan siber dan bukankah lebih baik jika semua duit itu digunakan untuk hal lain," beber Kamluk dalam acara Cybersecurity Weekend yang digelar Kaspersky di Phuket, Thailand, Kamis (25/8/2022).
Baca Juga: Mayoritas Pemimpin Bisnis Asia Tenggara Korban Ransomware, Pilih Bayar Uang Tebusan
Kamluk melanjutkan, hidup tanpa keamanan siber berarti manusia modern harus rela melepaskan enkripsi, privasi bahkan informasi rahasia.
Artinya para penjahat di internet akan bisa mengambil informasi pribadi, data keuangan, perjalanan hingga data kesehatan seseorang kemudian memanfaatkannya untuk keutungan pribadinya.
Kedua, tanpa keamanan siber manusia modern akan kehilangan kontrol atas aksesnya di internet. Akun-akun onlinenya tidak akan aman, termasuk akun rekening bank. Identitasnya dirampas oleh orang lain dan digunakan untuk melakukan penipuan, transfer uang, menguras rekening dan kartu kredit.
Ketiga akan sukar untuk melakukan validasi kebenaran di internet. Berita-berita online akan sukar dipercaya, hoaks merajalela, layanan belanja online tidak bisa diperiksa kebenarannya saat akan melakukan pembayaran.
Ia menegaskan bahwa tanpa disadari saat ini teknologi keamanan siber memainkan peranan penting untuk menjaga semua aktivitas online manusia berjalan nyaman dan aman, meski ancaman demi ancaman terus mengintai.
Baca Juga: Indeks Keamanan Siber Indonesia Peringkat ke-24 dari 194 Negara di Dunia
Pada periode Juli 2021- Agustus 2022 saja, perusahaan keamanan siber dunia telah mendeteksi dan memblok lebih dari 7,2 miliar serangan termasuk malware dan konten berbahaya lainnya.
Asia Pasifik, termasuk Indonesia adalah kawasan paling rentan serangan siber. Sekitar 35 persen objek berbahaya di internet yang dideteksi oleh Kaspersky pada Agustus 2021- Juli 2022 menyasar pengguna internet di India, Jepang, Vietnam dan Indonesia.
"Dunia tanpa keamanan siber adalah distopia digital, yang di dalamnya tak seorang pun bisa menimba manfaat serta peluang yang disajikan oleh teknologi-teknologi terbaru," tutup Kamluk.