Bangun Jejaring Jadi Tantangan Perempuan Pendiri Startup

Liberty Jemadu Suara.Com
Selasa, 23 Agustus 2022 | 20:27 WIB
Bangun Jejaring Jadi Tantangan Perempuan Pendiri Startup
Ilustrasi perusahaan rintisan atau startup (Shutterstock).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Beberapa wanita dari dunia perusahaan rintisan (startup) teknologi membagikan tantangan untuk membangun usaha di dunia industri yang didominasi oleh founder laki-laki. Salah satu yang utama adalah sukarnya membangun jejaring di tengah industri yang didominasi lelaki.

Hal ini disampaikan Co-Founder & COO Xendit Tessa Wijaya. Ia bercerita pernah sukar membangun jaringan untuk mengembangkan bisnisnya.

Tessa berpendapat, memiliki network sangat penting dalam membantu para founder untuk memahami hal sederhana seperti membuat deck, pitching, penggalangan dana, atau memperluas bisnis.

Dia menemukan bahwa founder perempuan terkadang merasa tertinggal dibandingkan dengan founder laki-laki, karena tidak ada platform untuk memfasilitasi founder perempuan untuk berbagi dan belajar dari satu sama lain.

Baca Juga: Astra: Kompetisi Astranauts 2022 Picu Kolaborasi Startup dengan Mahasiswa

Tessa juga menyebutkan, mendapatkan bimbingan juga menjadi tantangan lain, karena hanya ada beberapa pemimpin wanita yang dapat dihubungi untuk menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan penggalangan dana, pitch deck, dan valuasi perusahaan.

"Kekuatan network sangat penting. Tanpa dukungan sesama wanita, saya tidak dapat saling berkolaborasi dan memiliki kemampuan untuk mengembangkan bisnis," kata Tessa seperti diwartakan Antara, Selasa (23/8/2022).

Studi tahun 2020 dari Boston Consulting Group (BCG) menunjukkan bahwa industri teknologi Asia Tenggara cukup beragam, dengan 32 persen perempuan dari tenaga kerja sektor teknologi. Namun, hanya sebagian kecil startup di kawasan ini yang memiliki founder perempuan.

Selain itu, Findexable juga mengungkapkan bahwa hanya satu persen founder perempuan di industri tekfin yang menerima pendanaan secara global pada tahun 2021.

Venture Capital Business Development Manager ASEAN Amazon Web Services (AWS), Nicha Suebwonglee, memiliki pengalaman serupa ketika menjadi Co-Founder di startup OTT yang berbasis di Bangkok beberapa tahun lalu.

Baca Juga: Kunci Sukses Start-up Bertahan dari Badai Krisis

Ia merasa sangat sulit untuk mendapatkan dukungan, namun situasi tersebut tidak membuatnya merasa rendah diri. Dari pengalamannya, dia belajar bahwa sebagai seorang wanita, ada kalanya kita merasa ragu untuk mengutarakan pikiran, yang mengakibatkan kerugian.

Dari sudut pandang investor, Partner East Ventures Avina Sugiarto menuturkan bahwa merupakan hal yang langka bagi perempuan untuk menjadi investor pada masa awal kariernya. Namun, dia percaya bahwa kondisinya kini jauh lebih baik walaupun masih membutuhkan banyak upaya untuk membuat kemajuan.

Menurut studi BCG, lebih dari 50 persen lulusan Indonesia adalah perempuan, tetapi hanya 32 persen dari tenaga kerja adalah perempuan. Selain itu, di tingkat manajemen senior dan CEO atau dewan, hanya 18 persen dan 15 persen adalah perempuan.

Avina menyebutkan bahwa saat ini 25 persen dari portofolio aktif East Ventures memiliki setidaknya satu founder perempuan.

Dia percaya bahwa East Ventures akan terus mendukung pemberdayaan perempuan dan berkontribusi untuk mengurangi ketidaksetaraan gender dan meningkatkan keragaman dalam industri teknologi melalui platform “Women With Impact” untuk memfasilitasi terciptanya hubungan yang bermakna antara investor dan founder.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI