Suara.com - Pakar keamanan siber dari Vaksincom, Alfons Tanujaya membeberkan sejumlah efek kebocoran data pribadi bagi pengguna. Pasalnya, kasus kebocoran data sangat berefek pada pemilik data, bukan pengelola data.
"Pengelola data paling banter hanya mendapat malu, dianggap tidak kapabel. Tetapi pemilik data yang harus menanggung akibat dari kebocoran data," kata Alfons dalam keterangan resminya, Selasa (23/8/2022).
Pertama, efek kebocoran data bagi pengguna adalah data tersebut bisa digunakan sebagai dasar untuk merancang rekayasa sosial phising yang menyasar pemilik data.
Contoh kasusnya, kata Alfons, penipu bisa memalsukan identitasnya sebagai customer service bank untuk meminta kredensial transaksi yang bisa dimanfaatkan buat mencuri dana nasabah.
Baca Juga: Telkom Pastikan Keamanan Data Pelanggan dan Tegaskan Tidak Ada Kebocoran Data
Kedua, data yang bocor bisa dipakai untuk mempermalukan pemilik asli. Misalnya, informasi pengguna yang sensitif bisa diungkap dari history seperti penyakit tertentu, kecenderungan seksual yang menyimpang, browsing situs porno, atau hal lain yang sifatnya pribadi dan sangat rahasia.
Ketiga, kasus kebocoran data seperti data kependudukan bisa digunakan untuk membuat KTP bodong. KTP palsu ini bisa dimanfaatkan untuk melakukan tindak kejahatan, yang mana pemilik asli justru malah menjadi korban dan berurusan dengan pihak berwajib.
Keempat, data yang bocor bisa digunakan untuk profiling korban. Nah data itu bisa dipakai untuk menjadi sasaran iklan atau algoritma untuk mengubah pandangan politik korban, yang mana itu menyebabkan kekacauan politik seperti di Amerika Serikat, Brexit, hingga Arab Spring.
Meski begitu, Alfons menilai kalau korban kebocoran data bisa meminimalisir rentetan efek buruk tersebut.
"Kalau yang bocor adalah data kredensial, maka hal pertama yang harus dilakukan adalah segera mengganti password. Atau jika akun tersebut sudah mengaktifkan perlindungan Two Factor Authentication (TFA), maka akun tersebut sebenarnya masih relatif aman meskipun kredensialnya bocor," terang Alfons.
Baca Juga: Fakta-fakta Seputar Dugaan Kebocoran Data 17 Juta Pelanggan PLN
Tapi apabila kebocoran data menimpa data yang sifatnya rahasia seperti kependudukan, satu-satunya hal terbaik yang bisa dilakukan adalah berdoa kepada Tuhan.
"Satu-satunya hal terbaik yang dapat dilakukan adalah berdoa kepada Tuhan YME, supaya datanya yang sudah bocor dan tersebar itu tidak disalahgunakan. Juga, semoga pengelola data yang bocor tersebut kembali ke jalan yang benar untuk mengelola data dengan bertanggung jawab," jelas dia.