Suara.com - Penelitian baru diterbitkan British journal Nature Food menyebut bahwa sebanyak lima miliar jiwa atau 75 persen dari populasi dunia, akan lenyap akibat perang nuklir yang terjadi antara Rusia dan Amerika Serikat.
Kematian dahsyat tersebut disebabkan oleh kelaparan yang melanda setelah perang nuklir.
Menurut para peneliti, konflik tersebut akan menciptakan kebakaran luas yang dapat mengeluarkan hingga 165 juta ton jelaga ke atmosfer Bumi.
Kondisi ini membuat sinar Matahari sulit masuk dan menyebabkan penurunan panen di Amerika Serikat dan Rusia, sehingga membatasi produksi makanan.
Sulitnya mendapat pasokan makanan akan menyebabkan kelaparan dan berakhir kematian.
Baca Juga: PBB Perkirakan Populasi Dunia Akan Capai 8 Miliar pada November 2022
"Sebagian besar orang akan kelaparan. Ini benar-benar buruk," kata Lili Xia, ilmuwan iklim di Universitas Rutgers, seperti dikutip dari USA Today, Senin (22/8/2022).
Berdasarkan penelitian sebelumnya, para ilmuwan menghitung berapa banyak jelaga yang akan memasuki atmosfer dari badai api yang dipicu oleh ledakan senjata nuklir.
Setiap ledakan senjata nuklir yang menghasilkan lebih dari 5 triliun gram jelaga diperkirakan akan menyebabkan kekurangan pangan massal di hampir semua negara.
"Dalam skenario ekstrem, jumlah korban tewas akan menjadi gabungan populasi Amerika Serikat, Eropa, Federasi Rusia, dan sekutu," ucap Deepak K. Ray, ilmuwan iklim di University of Minnesota.
Para ilmuwan mengklaim bahwa ini adalah penelitian pertama dan belum ada yang melakukan perhitungan sebelumnya.
Baca Juga: Akhir Tahun 2022, Jumlah Penduduk Dunia akan Mencapai 8 Miliar Manusia
Tim ahli memperkirakan bahwa kematian akibat kelaparan yang timbul dari perang nuklir antara India dan Pakistan mencapai 2,5 miliar dalam dua tahun setelah pecahnya perang.
Sementara untuk konflik nuklir antara Amerika Serikat dan Rusia, kematian terkait kelaparan bisa mencapai lima miliar.
Ketegangan antara Amerika Serikat dan Rusia meningkat dalam beberapa bulan terakhir karena perang Rusia-Ukraina yang sedang berlangsung.
Ancaman perang nuklir tampaknya sangat relevan saat ini karena perang Rusia melawan Ukraina telah menganggu pasokan makanan global, yang menggarisbawahi dampak luas dari konflik regional.