UMKM dan Startup Harus Adaptif Agar Bertahan di Tengah Krisis

Liberty Jemadu Suara.Com
Jum'at, 19 Agustus 2022 | 20:29 WIB
UMKM dan Startup Harus Adaptif Agar Bertahan di Tengah Krisis
Ilustrasi perusahaan rintisan atau startup (Shutterstock).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Berbagai UMKM dan perusahaan rintisan harus benar-benar adaptif dan betul-betul memahami perubahan terhadap pasar yang disasar guna bertahan dalam menghadapi berbagai krisis dampak pandemi dan kondisi geopolitik global.

"Apa sih yang market mau? Apa sih kesulitan-kesulitan yang ada di grocery itu? Lalu kita adaptasi," kata CO-Founder & CTO of HappyFresh, Fajar A Budiprasetyo dalam rilis diskusi yang digelar Impactto.io dan Katadata dengan tema Fenomena Bubble Burst: Jalan Terjal Start-up Indonesia di Jakarta, Jumat (19/8/2022).

Kondisi dunia saat ini, imbas pandemi COVID-19 dan perang Rusia-Ukraina, kata dia, mengakibatkan situasi ketidakpastian global yang membuat seluruh perusahaan wajib memutar otak agar bisa bertahan.

Fajar mengatakan salah satu kunci agar perusahaan tetap bisa bertahan di setiap badai krisis yakni harus mengerti pasar, dalam arti mengatasi setiap kesulitan-kesulitan yang ada di dalam pasar.

Baca Juga: Pelaku Usaha Kini Bisa Beli Bahan Baku Petrokimia Lewat e-Commerce Ini

Ia mencontohkan usaha HappyFresh sendiri telah berdiri sejak Maret 2014 dan diluncurkan di Jakarta pada 2015. Ketika pandemi muncul, lanjutnya, situasi dan kondisi mendukung hampir semua aktivitas usaha dilakukan secara daring.

Sebagai perusahaan rintisan, hal itu tentu menjadi berkah tersendiri bagi HappyFresh. "Produk yang dipasarkan harus memenuhi permasalahan dan menjadi solusi bagi masyarakat atau pelanggan," kata Fajar.

Hal senada diungkapkan CEO Paxel, Zaldy Ilham Masita. Ia mengatakan perusahaan rintisan harus pandai melihat peluang yang ada. Ia mencontohkan apa yang terjadi ketika ia merintis Paxel.

Zaldy menuturkan pertama kali berdiri tahun 2017 dan operasional pada 2018, Paxel fokus kepada pengiriman barang dalam waktu sehari (sameday delivery) di dalam kota dan luar kota.

"Sameday delivery saat itu masih kosong. Berbeda dengan reguler delivery, kalau kita ikut masuk juga akan berdarah-darah," kata Zaldy.

Baca Juga: 100 Orang Peserta Ikuti 'Pasar Lokal Suara UMKM' di Yogyakarta

Namun lambat laun, Paxel kebanjiran pengiriman makanan dan makanan beku (frozen food). Padahal, kata Zaldy, Paxel tidak melayani pengiriman makanan dan makanan beku. Artinya, ujar dia, setiap perusahaan yang ingin bertahan di setiap badai, maka harus bisa menyesuaikan pasar.

Pembicara lainnya CEO Mekari, Suwandi Soh, menilai, yang paling utama harus dilakukan oleh perusahaan rintisan ialah membuat produk berkualitas dan sesuai dengan pasar.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI