Ketika korban ransomware ditanya tentang langkah-langkah yang akan mereka lakukan jika mereka menghadapi kejadian yang sama, mayoritas (77 persen) pemimpin bisnis di Asia Tenggara menegaskan bahwa mereka akan tetap membayar uang tebusan.
Ini menunjukkan kecenderungan yang mengkhawatirkan bagi perusahaan yang telah menjadi korban ransomware untuk membayar, karena dapat mendorong para pelaku kejahatan siber tersebut untuk melanjutkan serangan mereka.
Menurut General Manager untuk Asia Tenggara di Kaspersky, Yeo Siang Tiong, sangat memprihatinkan melihat bahwa hanya 17,9 persen bisnis di Asia Tenggara yang menjadi korban ransomware, tidak mengikuti tuntutan penjahat dunia maya.
"Kami berdiri teguh bahwa membayar uang tebusan tidak boleh menjadi reaksi spontan bagi perusahaan," ujarnya dalam keterangan resmi, Selasa (16/8/2022).
Namun, dia menambahkan, dengan lebih dari setengah (67 persen) yang disurvei mengakui bahwa organisasi mereka tidak akan bertahan tanpa data bisnis apabila diserang.
![Ilustrasi kejahatan siber [Foto: Antara]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2021/10/03/97951-ilustrasi-kejahatan-siber.jpg)
"Kami memahami urgensi dan keputusasaan untuk mendapatkan kembali data mereka sesegera mungkin, dengan segala cara,” tukas Yeo Siang Tiong.