Mayoritas Pemimpin Bisnis Asia Tenggara Korban Ransomware, Pilih Bayar Uang Tebusan

Dythia Novianty Suara.Com
Selasa, 16 Agustus 2022 | 15:31 WIB
Mayoritas Pemimpin Bisnis Asia Tenggara Korban Ransomware, Pilih Bayar Uang Tebusan
Ilustrasi uang tebusan diserahkan agar peretas membuka akses komputer yang dikunci oleh ransomware. [Shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Penelitian terbaru Kaspersky mengungkap, perusahaan di Asia Tenggara (SEA) berada dalam radar para pelaku kejahatan siber.

Sebanyak 67 persen mengonfirmasi bahwa mereka telah menjadi korban serangan tersebut.

Perusahaan keamanan siber global, Kaspersky, menyurvei 900 responden di seluruh Amerika Utara,
Amerika Selatan, Afrika, Rusia, Eropa, dan Asia-Pasifik, 100 di antaranya berasal dari Asia Tenggara.

Dilakukan pada April 2022, penelitian berjudul “How business executives perceive ransomware threat”
mengumpulkan jawaban dari mereka yang berada di manajemen senior non-IT (seperti tingkat CEO,
VP, dan Direktur) dan pemilik bisnis atau mitra di perusahaan dengan 50-1000 karyawan .

Setengah dari mereka (34 persen) yang telah mengakui datanya dienkripsi secara destruktif oleh para pelaku kejahatan siber mengalami serangan ransomware tidak hanya sekali tetapi beberapa kali

Responden yang tersisa (33 persen) mengatakan bahwa mereka pernah mengalami kejadian seperti itu hanya satu kali.

Pengakuan korban ransomware. [Kaspersku]
Pengakuan korban ransomware. [Kaspersku]

Kejadian paling umum di antara korban ransomware di wilayah tersebut adalah bahwa hampir semua
membayar uang tebusan (82,1 persen).

Faktanya, 47,8 persen eksekutif yang disurvei mengaku bahwa mereka membayar tebusan sesegera mungkin, untuk dapat memperoleh kembali akses ke data bisnis, dua digit lebih tinggi dari rata-rata global 38,1 persen.

Hampir seperempat (23,9 persen) mencoba untuk mendapatkan kembali data mereka melalui back-up atau dekripsi, tetapi gagal dan akhirnya membayar uang tebusan dalam waktu dua hari.

Baca Juga: Perangi Kejahatan Siber di Indonesia, BSSN Gandeng Microsoft

Sementara 10,4 persen membutuhkan waktu seminggu sebelum membayar.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI