Tahap inti dari sebagian besar roket orbital dirancang untuk jatuh segera setelah lepas landas dan diarahkan dengan aman ke laut atau wilayah yang jarang penduduknya.
Namun, inti Long March 5B mencapai orbit bersama dengan muatannya dan jatuh tak terkendali kembali ke Bumi yang disebabkan oleh hambatan atmosfer.
Sebelumnya, peristiwa serupa juga terjadi pada dua misi Long March 5B. Roket tersebut memulai debutnya pada 5 Mei 2020.
Sekitar seminggu kemudian, potongan Long March 5B jatuh secara tidak terkendali di lepas pantai barat Afrika dan insiden serupa juga terjadi di Samudra Hindia pada Mei 2021.
Untungnya, tidak satu pun dari insiden tersebut yang menyebabkan cedera.
![Roket Long March 5B. [STR/AFP]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2021/05/05/83969-long-march-5b.jpg)
Namun, potensi cedera dan kerusakan infrastruktur membuat para ilmuwan mengambil tindakan dengan menegur China karena membiarkan sampah antariksa jatuh seperti itu.
"Negara-negara yang menjelajahi luar angkasa harus meminimalkan risiko terhadap manusia dan properti di Bumi dari masuknya kembali objek-objek luar angkasa," tulis Bill Nelson, administrator NASA dalam sebuah pernyataan.
China dianggap gagal memenuhi standar yang bertanggung jawab terkait sampah antariksa negaranya sendiri.
Di sisi lain, stasiun luar angkasa Tiangong akan terdiri dari tiga modul dan China diperkirakan akan meluncurkan modul ketiga dan terakhir menggunakan Long March 5B pada musim gugur ini.
Baca Juga: 7 Eksperimen Militer Aneh, Berujung Gagal