Suara.com - Para ilmuwan memprediksi potongan roket terbaru dari sampah luar angkasa besar milik China akan jatuh ke Bumi sekitar akhir bulan ini.
Objek yang dimaksud adalah tahap inti dari roket Long March 5B seberat 25 ton yang diluncurkan pada Minggu (24/7/2022), untuk membawa modul kedua stasiun luar angkasa Tiangong yang sedang dibangun China.
Menurut para peneliti di Pusat Studi Orbital Reentry and Debris (CORDS) The Aerospace Corporation, badan roket kemungkinan akan tetap berada di orbit selama sekitar seminggu.
Tim telah menganalisis data pelacakan yang dikumpulkan oleh Jaringan Pengawasan Luar Angkasa Angkatan Luar Angkasa Amerika Serikat.
Baca Juga: 7 Eksperimen Militer Aneh, Berujung Gagal
Diperkirakan bahwa badan roket akan memasuki kembali atmosfer Bumi pada 31 Juli 2022 sekitar pukul 03:30 pagi EDT.
Perkirakan itu akan diperbarui dan disesuaikan seiring berjalannya waktu.
Para peneliti CORDS menekankan bahwa masih terlalu dini untuk memprediksi di mana roket China akan jatuh.
Berdasarkan orbitnya, roket tersebut diprediksi akan jatuh di suatu tempat antara 41 derajat lintang utara dan 41 derajat lintang selatan.
Tim juga menekankan bahwa tidak semua benda yang masuk kembali ke atmosfer akan terbakar sepenuhnya.
Baca Juga: Ilmuwan Diaspora dan Domestik Kolaborasi Dukung Peneliti Muda Indonesia
"Aturan umum adalah 20 hingga 40 persen dari massa benda besar akan mencapai tanah, tetapi jumlahnya tergantung pada desain objek," tulis The Aerospace Corporation dalam sebuah pernyataan, dikutip Space.com, Rabu (27/7/2022).
Tahap inti dari sebagian besar roket orbital dirancang untuk jatuh segera setelah lepas landas dan diarahkan dengan aman ke laut atau wilayah yang jarang penduduknya.
Namun, inti Long March 5B mencapai orbit bersama dengan muatannya dan jatuh tak terkendali kembali ke Bumi yang disebabkan oleh hambatan atmosfer.
Sebelumnya, peristiwa serupa juga terjadi pada dua misi Long March 5B. Roket tersebut memulai debutnya pada 5 Mei 2020.
Sekitar seminggu kemudian, potongan Long March 5B jatuh secara tidak terkendali di lepas pantai barat Afrika dan insiden serupa juga terjadi di Samudra Hindia pada Mei 2021.
Untungnya, tidak satu pun dari insiden tersebut yang menyebabkan cedera.
Namun, potensi cedera dan kerusakan infrastruktur membuat para ilmuwan mengambil tindakan dengan menegur China karena membiarkan sampah antariksa jatuh seperti itu.
"Negara-negara yang menjelajahi luar angkasa harus meminimalkan risiko terhadap manusia dan properti di Bumi dari masuknya kembali objek-objek luar angkasa," tulis Bill Nelson, administrator NASA dalam sebuah pernyataan.
China dianggap gagal memenuhi standar yang bertanggung jawab terkait sampah antariksa negaranya sendiri.
Di sisi lain, stasiun luar angkasa Tiangong akan terdiri dari tiga modul dan China diperkirakan akan meluncurkan modul ketiga dan terakhir menggunakan Long March 5B pada musim gugur ini.