Komputasi Awan Tingkatkan Efisiensi Perbankan

Liberty Jemadu Suara.Com
Kamis, 21 Juli 2022 | 21:48 WIB
Komputasi Awan Tingkatkan Efisiensi Perbankan
Ilustrasi konsep komputasi awan. [Shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Deputi Komisioner Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Teguh Supangkat mengatakan penggunaan cloud computing atau komputasi awan dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi perbankan.

“Penggunaan cloud computing dapat menghemat biaya yang dikeluarkan industri perbankan melalui pengurangan modal awal investasi infrastruktur Teknologi Informasi dan mengurangi biaya overhead TI,” kata Teguh dalam webinar Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Jakarta bertajuk Digitalisasi Perbankan Indonesia, Kamis (21/7/2022).

Industri perbankan juga dapat berjalan lebih fleksibel dengan komputasi awan karena akses komputasi bersama, pembuatan inovasi baru dengan nilai investasi yang minimal, dan biaya in house data architecture yang rendah.

Selain itu komputasi awan juga dapat memberi manfaat terkait skalabilitas, standarisasi, dan resiliensi pada industri perbankan dalam menjalankan transformasi digital.

Baca Juga: OJK akan Upayakan Semua Aplikasi Pinjol Ilegal Terdaftar Agar Dapat Diawasi

Hanya saja penggunaan komputasi awan oleh industri perbankan juga menghadirkan berbagai risiko, seperti risiko operasional, kepatuhan, dan risiko hukum yang perlu diantisipasi.

“Risiko operasional misalnya bank dapat bergantung pada satu penyedia layanan komputasi awan yang bisa berhenti secara tiba-tiba. Juga terdapat risiko kesalahan dalam konfigurasi sistem komputasi awan,” ucapnya.

Sementara risiko kepatuhan berkaitan dengan keterbatasan akses bagi regulator untuk melakukan pemeriksaan dan risiko hukum berkaitan dengan ketidakpastian kewajiban hukum pada lokasi beroperasinya komputasi awan.

Selain risiko penggunaan komputasi awan, Teguh mengatakan saat ini perbankan masih menghadapi tantangan dalam melakukan transformasi digital terkait perlindungan data pribadi nasabah yang dasar hukumnya masih diproses, investasi TI yang tidak sesuai dengan strategi bisnis, dan Sumber Daya Manusia (SDM) yang belum memadai.

“Industri perbankan juga mengalami tantangan berupa risiko serangan siber, infrastruktur jaringan komunikasi yang belum merata, risiko penyalahgunaan teknologi artificial intelligence dan peningkatan ancaman fraud,” ucapnya.

Baca Juga: Mahendra Siregar Resmi Jabat Ketua DK OJK

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI