Suara.com - Esports dan games kerap kali mendapatkan stigma negatif di masyarakat.
Banyak dari mereka yang menganggap kalau gamers itu malas dan tak peduli pendidikan.
Lius Andre sebagai professional esports talent, speaker, dan consultant membantah hal tersebut.
Menurutnya, banyak dari pro player di Indonesia yang sudah lulus S1 dan memperoleh gelar sarjana.
"Di lapangan banyak professional player yang bermain game sambil juga menyelesaikan S1, bahkan tetap bersekolah dengan homeschooling karena menganggap pendidikan itu memang penting," kata Lius dalam webinar UniPin Community (UNITY), dikutip dari keterangan resmi UniPin, Jumat (15/7/2022).
Baca Juga: PBESI Akui Pelatnas Esports SEA Games Vietnam Kurang Maksimal
Head of Garudaku Academy, Robertus Aditya turut menceritakan stigma buruk lain yang ada di industri esports.
Ia mengungkap banyak cibiran kalau esports tidak memiliki masa depan.
"Esports enggak ada masa depannya, esports kan hanya main games. Bahkan banyak ahli olahraga yang mempertanyakan sisi olahraganya esports," ungkap Robertus.
Padahal sejak pandemi, tambahnya, esports mengalami pertumbuhan pesat dan membuka banyak lapangan pekerjaan baru.
Ia menjelaskan kalau semua hal memang pasti memiliki risiko, termasuk karir di industri esports. Namun risiko itu harus dijadikan peluang agar bisa sukses.
Baca Juga: Persiapan Kejuaraan Dunia Esports di Bali Baru Capai 40 Persen
"Hanya saja kita harus bisa mengubah risiko-risiko tersebut menjadi peluang yang baik. Orang yang bisa melihat dan memanfaatkan peluang adalah orang yang bisa survive dalam karier apapun," sambung dia.
Lebih lanjut, Luis tak menampik kalau karier pro player esports memang berisiko apabila di depan layar. Tapi kalau di belakang layar, karirnya bisa saja jadi lebih stabil.
"Berbekal pendidikan yang ada, ilmu-ilmu cara berbisnis, mereka harus bisa memutar penghasilannya," jelas dia.