Suara.com - Badan Antariksa Eropa (ESA) secara resmi mengakhiri kerja sama dengan Rusia dalam misi ExoMars dengan alasan perang yang sedang berlangsung di Ukraina.
Misi robot ke Mars tersebut sebelumnya dijadwalkan untuk diluncurkan pada September dari Cosmodrome Rusia di Baikonur, Kazakhstan.
Tapi, ESA menangguhkan rencana peluncuran pada awal Maret setelah invasi Rusia ke Ukraina.
Dalam laporan terbaru, Josef Aschbacher selaku direktur jenderal ESA mengumumkan bahwa penangguhan kerja sama dengan Rusia untuk misi ExoMars akan bersifat permanen.
Baca Juga: Jepang Bikin Fasilitas Gravitasi Buatan di Bulan dan Mars
Peran Rusia dalam misi tersebut adalah meluncurkan penjelajah Rosalind Franklin Mars buatan ESA, bersama dengan Kazachok milik Rusia, sebuah platform sains stasioner.
Aschbacher menambahkan bahwa ESA akan mencari mitra lain untuk meluncurkan penjelajah Rosalind Franklin.
Dalam rilis media pada 13 Juli 2022, Aschbacher dan perwakilan dari NASA serta Badan Antariksa Inggris akan mengadakan konferensi pers tentang masa depan eksplorasi Mars pada 20 Juli 2022.
Di sisi lain, Dmitry Rogozin, kepala badan antariksa Rusia Roscosmos, menanggapi penghentian kerja sama ESA dengan menuduh Aschbacher "menyabotase" misi ExoMars.
Menurut Rogozin dalam Telegram, Ashbacher mengumumkan penghentian kerja sama dengan Roscosmos untuk ExoMars.
Baca Juga: Penjelajah NASA di Mars Sukses Kumpulkan Sampel Batuan Ke-9
"Tapi apakah dia berpikir berapa ribu ilmuwan dan insinyur di Eropa dan Rusia yang dia coret dengan keputusannya? Apakah dia siap untuk menjawab karena menyabotase misi ini?" tulisnya, seperti dikutip Independent, Kamis (14/7/2022).
Tak hanya itu, Rogozin juga meminta kosmonot Rusia di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) untuk berhenti mengoperasikan lengan robot buatan ESA di ISS.
Tindakan agresif dari Rogozin bukanlah hal baru. Sebelumnya, Rogozin juga berseteru dengan mantan astronaut Amerika dan membandingkan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky di Twitter setelah sanksi Barat atas invasi Rusia ke Ukraina.