PBB Ungkap China Tidak Akan Menjadi Negara Terpadat pada 2023

Rabu, 13 Juli 2022 | 13:32 WIB
PBB Ungkap China Tidak Akan Menjadi Negara Terpadat pada 2023
Ilustrasi China. [Javier Quiroga/Unsplash]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Laporan baru dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dengan judul Prosper Populasi Dunia 2022 menyebut bahwa China tidak akan menjadi negara terpadat pada 2023.

Sebaliknya, rekor tersebut akan direbut oleh India. Dirilis pada peringatan Hari Populasi Dunia, laporan PBB memperkirakan bahwa 15 November 2022 akan menjadi hari di mana populasi global mencapai delapan miliar jiwa.

Namun, ini juga menyoroti bagaimana ledakan populasi manusia menurun, dengan populasi global sekarang tumbuh pada tingkat paling lambat sejak 1950.

Proyeksi tersebut menunjukkan bahwa populasi global dapat tumbuh menjadi sekitar 8,5 miliar pada 2030, 9,7 miliar pada 2050, dan 10,4 miliar pada 2100.

Baca Juga: Zhu Xudan Bantah Gantikan Yuan Bingyan di Fox Spirit Matchmaker Yue Hong

"Ini adalah kesempatan untuk merayakan keragaman kita, mengakui kemanusiaan kita bersama, dan mengagumi kemajuan dalam kesehatan yang telah memperpanjang rentang hidup dan secara dramatis mengurangi angka kematian ibu dan anak," kata Antonio Guterres, Sekretaris Jenderal PBB, dikutip dari IFL Science, Rabu (13/7/2022).

Lebih dari setengah dari proyeksi peningkatan populasi hingga 2050 akan terkonsentrasi hanya di delapan negara, yaitu Republik Demokratik Kongo, Mesir, Ethiopia, India, Nigeria, Pakistan, Filipina, dan Tanzania.

Ilustrasi India. [Amol sonar/Unsplash]
Ilustrasi India. [Amol sonar/Unsplash]

Sebagian besar dari 46 negara kurang berkembang termasuk di antara populasi dengan pertumbuhan tercepat.

Beberapa dari negara-negara ini diperkirakan akan berlipat ganda dalam aspek populasi antara 2022 dan 2050.

Misalnya, populasi di sub-Sahara Afrika diperkirakan akan terus tumbuh hingga akhir abad ini dan akan berkontribusi pada lebih dari setengah peningkatan populasi global yang diperkirakan hingga 2050.

Baca Juga: Renjun, Chenle, dan WayV Ditunjuk Jadi Duta Perlindungan Satwa Liar Tibet

Di sisi lain, sebanyak 61 negara akan mengalami penurunan populasi antara 2022 dan 2050, termasuk sebagian besar Eropa yang terkena dampak penurunan tingkat kelahiran.

Sementara itu, populasi China saat ini mencapai sekitar 1,426 miliar dan India sekitar 1,412 miliar jiwa.

India diperkirakan akan terus melanjutkan pertumbuhannya, mencapai 1,668 miliar populasi pada 2050.

Sedangkan populasi China akan mengalami penurunan mencapai sekitar 1,317 miliar pada pertengahan abad.

Saat ini, jumlah lelaki di dunia sedikit lebih banyak daripada perempuan dengan persentase 50,3 persen untuk lelaki dan 49,7 persen untuk perempuan.

Namun, itu akan berubah dalam beberapa dekade mendatang, dengan jumlah perempuan akan sama dengan jumlah lelaki pada 2050.

Ilustrasi Black Death. [Shutterstock]
Ilustrasi Black Death. [Shutterstock]

Selain itu, proporsi orang berusia 65 tahun atau lebih akan meningkat secara global antara 2022 dan 2050.

Pada 2022, sekitar 10 persen orang berusia 65 tahun atau lebih, tetapi proporsi itu diproyeksikan mencapai hampir 12 persen pada 2030 dan 16 persen pada 2050.

Tren ini akan sangat menonjol di Eropa dan Amerika Utara, di mana satu dari setiap empat orang akan berusia di atas 65 tahun pada 2050.

Meski begitu, beberapa temuan PBB tidak sepenuhnya sejalan dengan proyeksi lainnya.

Pada 2020, sebuah penelitian besar yang diterbitkan di The Lancet menunjukkan bahwa populasi global akan tumbuh selama beberapa dekade mendatang.

Pertumbuhan ini mencapai puncaknya pada 2064 sekitar 9,7 miliar jiwa, sebelum menurun menjadi 8,8 miliar pada 2100.

Jika hal tersebut menjadi kenyataan, itu akan menjadi pertama kalinya populasi global menurun sejak pertengahan abad ke-14 selama Black Death.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI