Di situasi ini, penipu akan melakukan apa saja untuk memastikan korban tetap di bawah tekanan, membuat korban merasa terburu-buru, mengintimidasi dan meminta mereka segera memberikan detail kartu kredit untuk membatalkan ‘transaksi’ palsu tersebut.
Setelah mendapatkan detail rekening bank korban, para pelaku kejahatan siber ini akan menggunakan informasi tersebut untuk mencuri uang dan menguras tabungan korban.
Dalam empat bulan terakhir (Maret ke Juni 2022), Kaspersky mendeteksi hampir 350,000 vishing
email yang meminta korban menelepon dan membatalkan transaksi.
Pada Juni, jumlah email vishing secara total meningkat tajam, nyaris mencapai 100,000 email.
Peneliti Kaspersky memprediksi tren ini sedang mendapat momentum dan bisa terus berkembang.
Mengejutkannya, Tiktokers secara aktif mengulangi skema vishing yang ada, namun mereka tidak
mengirim email tipuan atau mencuri apapun dari target – tren ini hanya bertujuan sebagai hiburan.
![Jumlah email vishing. [Kaspersky]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2022/07/12/51728-jumlah-email-vishing.jpg)
Telepon dilakukan melalui mesin penjawab otomatis dengan suara robot penerjemah.
Kebanyakan skema dari tren Tiktok seperti ini: mereka akan mengenalkan diri sebagai perwakilan
dari Costumer Service toko online terkenal yang mengklaim telah menerima pembelian dari korban
dengan jumlah sekian ribu dollar dan meminta konfirmasi.
Tidak peduli bagaimana korban menjawab, hal berikutnya yang dikatakan mesin penjawab adalah “Thank you, your order has been confirmed.”
Korban berpikir bahwa mesin penjawab salah mendengar dan dana akan tetap ditarik secara
langsung dari akun mereka, sehingga menyebabkan kepanikan dan tidak menyadari bahwa mereka
menjadi korban dari lelucon (prank).
Baca Juga: Fitur Canggih TAP-MNV, Berikan Keamanan Digital Komprehensif Korporasi
Ketika korban diyakinkan untuk membagikan data pribadi melalui telepon, bukan dari situs, korban
tidak punya banyak waktu untuk menduga mereka adalah target dari hoax.