Suara.com - Seorang atau sekelompok hacker mengklaim telah mencuri data 1 miliar warga China dari database kepolisian Shanghai.
Data yang dibobol hacker ini berkapasitas 23TB dan dijual seharga 10 Bitcoin atau setara Rp 3 triliun (per kurs 5 Juli), seperti dikutip dari Engadget, Selasa (5/7/2022).
Sekumpulan data ini mencakup nama, alamat, tempat lahir, kartu identitas, hingga nomor telepon.
Salah satu sampel data itu cocok dengan laporan kriminal yang terjadi pada 1995 silam.
Bahkan, beberapa jurnalis mengkonfirmasi kalau data itu memang cocok saat menelepon nomor-nomor yang ada di daftar kebocoran data.
Baca Juga: Pasangan Jin Zehao dan Bai Liuxi Umumkan Kehamilan Anak Pertama, Selamat!
Belum diketahui bagaimana para hacker ini menyusup ke database kepolisian.
Namun, dugaan sementara mengatakan kalau mereka masuk lewat sistem buatan Aliyun, perusahaan cloud milik Alibaba, yang juga menjadi wadah database itu.
Tidak diketahui seberapa besar jangkauan dari efek kebocoran data tersebut.
Namun, para pakar keamanan siber mengklaim kalau insiden ini merupakan yang terbesar sepanjang sejarah China.
Baca Juga: Berkarier Selama 22 Tahun, Yang Rong Justru Dijuluki Aktris Paling Malas, Kok Bisa?