Suara.com - Kepala Organisasi Riset Kesehatan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Ni Luh P Indi Dharmasanti menilai kolaborasi riset antarnegara anggota G20 sangat penting untuk mengatasi pandemi COVID-19 sekaligus meningkatkan surveilans pandemi.
"Kolaborasi riset sangat dibutuhkan dalam mengatasi pandemi, dengan sharing (berbagi) hasil riset dan pengembangan dari setiap institusi pelaksana dan setiap negara maka kita akan mempunyai data global yang lengkap dan terhubung antarnegara," kata Indi, Senin (4/7/2022).
Indi menuturkan data global yang terintegrasi dan komprehensif dari hasil kegiatan-kegiatan riset dan pengembangan tersebut akan mendukung terwujudnya sistem surveilans pandemi di masa depan yang lebih kuat, kolaboratif, dan efektif.
Ia mengatakan negara-negara maju dan negara-negara berkembang, khususnya sesama anggota G20 dapat saling berkolaborasi untuk memaksimalkan kapasitas dan sumber daya yang ada demi mencapai kepentingan bersama dan kesejahteraan masyarakat internasional.
Baca Juga: Cegah Lonjakan COVID-19 Subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 dengan Perbaiki Sistem Surveilans
Menurut Indi, umumnya negara-negara maju memiliki infrastruktur dan sumber daya manusia (SDM) yang kuat namun kasus penyakit yang dibutuhkan dalam riset terbatas. Sebaliknya negara-negara berkembang memiliki kasus yang banyak, namun terbatas dalam infrastruktur dan SDM.
Oleh karena itu, kolaborasi antarnegara akan saling mendukung dan menguatkan satu sama lain, termasuk riset dan pengembangan untuk surveilans pandemi.
Indi menuturkan kolaborasi selama ini sudah berjalan dengan dikoordinasi oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO), namun masih perlu ditingkatkan.
Sebelumnya, Co-Sherpa G20 Indonesia Dian Triansyah Djani mengatakan Indonesia melalui perannya sebagai presiden G20 tahun ini ingin memastikan adanya strategi keluar dari pandemi COVID-19.
"Meskipun sulit, tetapi jalur keuangan dan jalur sherpa kita sedang mengerjakan strategi untuk keluar dari pandemi ini," ujar Trian dalam diskusi panel Y20 "Diversity and Inclusion in the G20-Opportunities for Policy Reform" yang berlangsung secara hibrida, Sabtu (18/6) malam.
Strategi yang dimaksud akan mencakup distribusi dan akses yang adil terhadap vaksin, strategi pendanaan, serta inisiatif pencegahan, kesiapsiagaan, dan respons pandemi di masa mendatang. [Antara]