Negara Mayoritas Islam Cepat Bereaksi Terhadap Penistaan Agama, Tapi Mengapa Diam Ketika Umat Muslim Dianiaya?

Liberty Jemadu Suara.Com
Jum'at, 24 Juni 2022 | 07:05 WIB
Negara Mayoritas Islam Cepat Bereaksi Terhadap Penistaan Agama, Tapi Mengapa Diam Ketika Umat Muslim Dianiaya?
Protes warga muslim India buntut jubir partai penguasa hina Nabi Muhammad. (Foto: AFP)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Poin masalah kontroversi pernyataan Sharma adalah tentang usia Aisyah ketika ia menikah dengan Nabi Muhammad. Aisyah adalah salah satu tokoh yang paling penting, dihormati, dan dianggap hebat dalam sejarah Islam.

Ia adalah istri kesayangan Muhammad dan putri dari penerus dan sahabat terdekat Muhammad, Abu Bakar. Ia menjadi narator hadis – catatan kata-kata dan perilaku hidup Nabi yang dijadikan pedoman hidup umat Muslim – yang terkemuka. Asiyah juga menjadi guru dari banyak akademisi, serta pernah menjadi pemimpin militer dalam perang saudara.

Menurut catatan hadis, Aisyah masih berusia 9 tahun ketika ia menikah dengan Nabi Muhammad. Bagi sebagian umat Muslim pada masa itu, usia tersebut termasuk normal untuk menikah.

Sebagian Muslim lainnya, dengan merujuk ke hadis lain, meyakini bahwa Aisyah sudah berusia antara 18 atau 19 tahun ketika menikah.

Kita tidak mungkin mengetahui dengan pasti fakta sebenarnya tentang usia menikah Aisyah. Seperti yang ditekankan oleh pakar hukum Islam, Khaled Abou El Fadl, bahwa “kami tidak tahu dan tidak akan pernah tahu”.

Kala itu dalam pidato sambutannya, Sharma hanya menggunakan satu narasi tentang usia Aisyah, dan mengabaikan alternatif penjelasan lain.

Mengutamakan penistaan agama, bukan HAM

Ini bukan pertama kalinya negara-negara Islam bereaksi terhadap dugaan pencemaran nama baik terhadap Nabi Muhammad. Pada 1989, Pemimpin Tertinggi Iran, Ruhollah Khomeini, menyerukan kepada umat Muslim untuk membunuh novelis Salman Rushdie karena bukunya yang berjudul The Satanic Verses dianggap menghina Muhammad.

Sejumlah wanita ikut barisan aksi Bela Nabi yang digelar FPI Cs di depan Kedubes India di Jakarta. (Suara.com/Arga)
Sejumlah wanita ikut barisan aksi Bela Nabi yang digelar FPI Cs di depan Kedubes India di Jakarta. (Suara.com/Arga)

Pada 2006, negara-negara Timur Tengah ramai-ramai memboikot produk Denmark di seluruh kawasan tersebut sebagai reaksi terhadap puluhan kartun yang diterbitkan dalam sebuah surat kabar. Kartun-kartun tersebut dianggap mengejek Muhammad dan menghina Islam.

Baca Juga: Kemenlu RI Diminta Selesaikan Kasus Penghinaan terhadap Islam di India

Ada pola menarik yang terlihat dari sikap negara-negara mayoritas Muslim: Mereka sangat vokal dalam kasus serangan verbal maupun artistik terhadap nilai-nilai Islam, tapi cenderung diam tentang pelanggaran hak asasi manusia (HAM) terhadap individu Muslim sendiri.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI